Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Fokus

Politik Kayu Jati

by Heru Harjo Hutomo
8 bulan ago
in Fokus, Opini, Politik
Reading Time: 6min read
0
"Klambrangan," 60x90 cm, Akrilik di atas kanvas (Heru Harjo Hutomo, 2017)

"Klambrangan," 60x90 cm, Akrilik di atas kanvas (Heru Harjo Hutomo, 2017)

Share on FacebookShare on Twitter

jfID – Kejujuran, kita tahu, tak sekedar soal tak berdusta. Ada yang lebih kompleks dari itu. Menjadi jujur berarti juga menjadi otentik, menjadi diri sendiri, apa adanya kita, yang seturut gelegak jiwa kita, hati nurani kita, yang semestinya kita. Seperti pokok jati yang pantang kalepyan lingkungannya yang kering dan tandus, manusia otentik pun tak gampang untuk terarus. Ia senantiasa punya sikap, punya pendirian sendiri.

Tapi kita semua mafhum, menjadi jujur, menjadi otentik, menjadi diri sendiri, tak semudah mengedipkan kelopak mata. Dalam kenyataannya, orang sering berbenturan dengan hal-hal yang membuat kejujuran itu serasa musykil—atau bahkan usang—untuk ditunaikan.

Pada masa sekarang seumpamanya, di mana pengaruh media massa dan konsumerisme telah sedemikian rupa mendominasi kehidupan manusia, tak mudah rasanya menjadi diri kita seperti apa adanya, sebagaimana yang kita kehendaki. Kalau tak ingin disebut kuno, ndesa, utun, mau tak mau kita mesti bertopeng, bermain citra, kalap tenggelam ke dalam arus pusaran zaman. Kita dibentuk, dibonsai, dikemas sedemikian rupa untuk menjadi diri yang bukan diri kita yang sesungguhnya.

Sebagaimana kebudayaan kita di hari ini, dari berbagai bidang kehidupan—agama dan politik—tampak sekedar karnaval akan hal-hal yang cepat ramai sekaligus hilang. Sesuatu ataupun seseorang seakan hanya tampil sebagai “figuran” yang tak pokok bagi keseluruhan adegan, seperti seorang round girl yang berbusana sehelai benang (thong) yang menyedapkan pandangan di tengah pertandingan tinju atau MMA. Beberapa waktu lalu marak para ustadz yang menyesaki ruang publik, dengan mental wani wirang yang luar biasa, tak dapat mengaji secara benar tapi sudah bernyali membuat fatwa, atau seseorang yang baru satu minggu memeluk agama Islam tapi sudah diberi ruang untuk mengatur orang.

Demikian pula dalam bidang politik praktis yang barangkali sejak fenomena masyarakat tontonan menjadi penanda zaman (Kelam Zaman Masyarakat Tontonan, Heru Harjo Hutomo, https://jalandamai.org), begitu banyak politisi karbitan yang seperti sekedar jual tampang dan gagasan yang mengambang, tak memiliki akar sejarah dan budaya, hirau akan prinsip autochthony (Semar dan Paradigma Autochthony, Heru Harjo Hutomo, https://jurnalfaktual.id), di mana sekali gebrak langsung tumbang. Barangkali inilah salah satu kelemahan partai-partai politik di Indonesia di mana demi sumber finasial dan pendulangan suara secara tak terbatas, melonggarkan sistem kaderisasi yang pada akhirnya akan membuat partai itu sendiri seolah sebuah pabrik yang fungsinya sekedar memproduksi dan menjual barang yang asal laku (Politik Tahu Diri: Tentang Kemungkinan Membudayakan Kontrak Politik, Heru Harjo Hutomo, https://jurnalfaktual.id). Dan seringkali bukanlah kiprah, kinerja dan gagasan yang dijadikan sumber penilaian, tapi rumor-rumor di sekitar kehidupan pribadi mereka yang mengundang penasaran yang dijadikan pertimbangan (Era “Klambrangan”,  Era Desas-desus, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id).     

BACAJUGA

No Content Available

Di pedesaan terdapat sebuah filosofi dari kayu jati, di samping ia dapat tumbuh menjulang tanpa terpengaruh oleh lingkungan, semakin tua justu ia akan semakin larang. Dengan demikian, sangat bertolak-belakang dengan trend dan kebiasaan masa sekarang yang cenderung memilih bonsaian, sekedar enak dipandang tapi tak dapat digunakan.

Tapi memang, terkadang, untuk membuat laku suatu produk rokok di pinggir jalan seumpamanya, orang membutuhkan seorang sales promotion girl yang ayu dan rupawan untuk sekedar rokoknya dipandang. Di sinilah Jean-Jacques Baudrillard mengetengahkan nilai seduktif yang lekat dengan nilai prestige yang menandai kebudayaan kontemporer. Suatu barang di era sekarang tak semata memiliki dan ditentukan oleh nilai fungsionalnya, tapi lebih dari itu, nilai gengsinya. Dus, ketika seseorang memiliki barang tersebut, secara simbolik, statusnya akan terangkat, tak peduli bahwa secara fungsional, misalnya, sebungkus rokok kretek Djarum 76 sama saja dengan sebungkus Marlboro. Alih-alih pandangan awam yang menyatakan bahwa selera tak dapat diperdebatkan (Intertonikalitas Perihal Awal Sekaligus Akhir Musik, Heru Harjo Hutomo, https://alif.id), Baudrillard justru menyatakan bahwa ternyata ia hanyalah hasil bentukan.

Tapi walau bagaimana pun, tak peduli polesan kekinian, seperti halnya pokok jati yang lebih dari sekedar bonsai, permintaan terhadapnya masih tetap tinggi, semakin tua semakin diminati.

(Heru Harjo Hutomo/ penulis kolom, peneliti lepas, menggambar dan bermain musik)

ShareTweetSendShare

Related Posts

Foto: kompas.com/Nansianus Taris

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

18 jam ago
Deklarasi Pemuda dan Mahasiswa untuk kabupaten kepulauan Sumenep pada tahun 2016

Menunggu Sumenep dalam Pertanyaan?

4 hari ago

Fraksi PDI- P Komitmen Kawal Raperda Pengembangan Pesantren di Jatim

1 minggu ago
Ilustrasi: Derrida dalam sampul buku Muhommad Al Hayad

Orang yang Masuk Surga Pertama adalah Perokok

2 minggu ago
Baju punggawa Bajau dalam perang mempertahankan Sulawesi dari Belanda

Pulau Sulawesi Sebagai Asal Usul Pertama Orang Bajau

2 minggu ago

Pemilu Serentak 2024: Jangan Jumawalah

2 minggu ago
Load More
Next Post

Ampenan Jadi Kasus Covid-19 Terbanyak di Mataram

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Foto : Ilustrasi korban pencabulan di Kota Bima
Berita

Kasus Asusila di Kota Bima, Paman Cabuli Keponakan

27/02/2021
Foto: kompas.com/Nansianus Taris
Headline

Bagaimana Jokowi Bisa Ditahan?

26/02/2021
Berita

HBK Salurkan 1 Ton MP ASI untuk Balita di P. Lombok

26/02/2021
Foto : Ucapan selamat Lalu Hadrian Irfani selaku DPW PKB NTB kepada Bupati dan Wakil Bupati terpilih di Kabupaten Lombok Utara
Berita

JODA Dilantik Jadi Bupati-Wakil Bupati KLU, LHI : Dahulukan Rakyat diatas Kepentingan Segalanya

26/02/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.