Nia Kurnia dan Rahasia Tulisannya

Rasyiqi
By Rasyiqi
2 Min Read
Nia Kurnia Fauzi, Anggota Komisi IV DPRD Sumenep (foto: kabarmadura)
Nia Kurnia Fauzi, Anggota Komisi IV DPRD Sumenep (foto: kabarmadura)

jf.id – Catatan ini, saya rasa tidak akan mudah dicerna. Sekian isinya adalah perandaian. Jika tidak suka berandai-andai, dugaan saya, catatan ini akan tampak membingungkan. Ini menjadi tantangan agar semua perandaian bisa tersampaikan dengan baik. Bismillah.

Tulisan dan penulis, layaknya anak dan guru. Dalam setiap perumpaan, guru selalu menanggung beban kesalahan anak didiknya. Kala prilaku anak itu buruk, orang lain akan bertanya siapa gurunya?

Tulisan yang lahir, akan tetap disambut gembira oleh orang lain. Siapapun. Meski seiring dengan itu, orang akan bertanya siapa penulis sebenarnya?

Naluri menjelajah kita, telah diasah sejak nenek moyang berniat menjadi pelaut. Kala tulisan yang lahir sangat cantik atau tampan, orang lain akan segera menjelajah: tulisan ini dari guru yang mana?

Sebenarnya, menulis bisa menjadi pekerjaan yang sangat rahasia. Cukup Tuhan yang tahu. Sebab setiap tulisan yang lahir, kadang adalah aib atau bahkan kekuatan yang musti dirahasiakan.

Maka setiap orang berhak merahasiakan kekuatan dan aibnya sendiri. Kita hanya berhak berprasangka tanpa musti menghakimi. Kita hanya berhak menduga tanpa harus meyakini.

Kita cukuplah percaya bahwa tulisan adalah senjata. Ia tak layak dibela atau disalahkan. Meski diciptakan dari besi jadah sekalipun, tajamnya akan tetap mampu membawa luka dan bahagia.

Selain sebagai senjata, sudah selayaknya kita menyerahkan rahasia kekuatan Nia Kunia, tulisannya dan seluruh prasangka kita pada yang maha kuasa. Tidak untuk berdamai.

Tapi untuk mengingatkan kita bahwa tidak selamanya seseorang bisa hidup dan bertahan dengan logika semata. Semua akan kembali pada rahasia semesta milik yang maha kuasa.

Rahasia itu begitu ajaib. Ada yang tetap ingin dikenal sebagai petani, meski sebenarnya tukang santet. Ada yang ingin dikenang sebagai pahlawan, meski sebenarnya pecundang. Ada yang ingin dianggap pintar, meski tulisannya hanya berandai-andai. Ada-ada saja.

Gapura, 06 Januari 2020

Tentang Penulis: Nur Khalis, Intelektual kelahiran Sumenep.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article