Jejak Empu Pertama di Sumenep

Deni Puja Pranata
5 Min Read
Makam di Desa Aengtongtong yang bertuliskan Aksara Simbol (Foto: Redaksi)
Makam di Desa Aengtongtong yang bertuliskan Aksara Simbol (Foto: Redaksi)

jfID – Menelusuri jejak empu Keris pertama di Sumenep. Di sebuah dusun Aendena, Desa Aengtongtong, Kecamatan Bluto, terdapat sebuah makam yang bertuliskan aksara manuskrip, yang hingga detik ini perlu keterangan ahli arkeologi untuk menerjemahkannya.

Makam tersebut, terdapat empat nizan. Dua nizan bertuliskan aksara manuskrip dan dua nizan bertuliskan aksara Arab. Menurut cerita tutur masyarakat setempat, makam itu diketahui sejak lama. Dan tidak diketahui secara jelas, baik secara tertulis mengenai tahun wafatnya.

Seorang nenek Suhri berusia 90 tahun, menjelaskan tentang asal muasal empu keris di desa Aengtongtong. Dirinya mendapat cerita dari nenek moyangnya, “jika Mpu Kacang memiliki keturunan Kyai Barsi dan Kyai Barsi memiliki keturunan Kyai Dira,”.

Kyai Dira inilah yang menjadi titik empu ke emasan, per-“mpuan” di Desa Aengtongtong. Diceritakan oleh Nenek Suhri, jika Kyai Dira atau Mpu Dira melakukan Tapa di gunung Agung (Gunung yang diduga Gunung Blega, Kabupaten Bangkalan). Dan Mpu Dira mencipta sebuah Pusaka yang dikenal dengan pusaka Tombak Segoro dan Pusaka Kalentang.

Tombak Segoro bisa kita tarik atau kaitkan dengan nama Pangeran Segoro. Pangeran Segoro sendiri adalah keturunan dan cucu dari kerajaan Meddang Kumalan, Sang Hyang Tunggal, yang menjadi cikal bakal manusia pertama di Madura. Baca: Asal Muasal Madura. https://jurnalfaktual.id/webdev/opini/asal-muasal-madura/

Namun, Para empu-empu di desa Aengtongtong tidak sepopuler Mpu Kelleng ataupun Mpu Karangduak yang kita kenal dengan nama Kyai Murkali.

Empu Kelleng, dikenal oleh masyarakat Sumenep, karena kisah hidupnya menjadi pitutur dengan menjadi ayah angkat Jokotole. Dari menemukan Pangeran Jokotole bayi saat di hutan dan mengasuhnya hingga Jokotole menjadi raja Sumenep yang ke 13 selama 45 tahun (1415-1460).

Atau kisah harimau Raja Sumenep pertama, Badrul Baidhawi, tahun 1254 M yang Harimaunya lepas dan ditaklukkan oleh Kyai Murkali atau Mpu Karangduak.

Atau empu-empu leluhur desa Aengtongtong tidak sepopuler Mpu Banuaju atau Mpu Poteran yang menciptakan keris dan golok yang estimasinya tersebar di Kabupaten Sumenep.

Semua yang tercatat dalam sejarah adalah kemenangan dari para tokoh dan kekuasaan. Karena sejatinya, sejarah sendiri tercipta karena kekuasaan.

H. Sanamo, tokoh adat masyarakat Aengtongtong yang juga keturunan Mpu Kacang menjelaskan pada jurnalfaktual.id, jika di desanya terdapat artefak-artefak yang menunjukkan adanya empu-empu yang hidup jauh sebelum adanya Kerajaan di Sumenep.

“Dahulu kala, di desa Aengtongtong dibawah tanah,  kedalaman 4 meter, ditemukan “Cetok” Kuno (peralatan bangunan kuno, red) dan lempengan emas. Tapi sayang, lempengan emas itu sudah dilebur menjadi bahan keris. Namun, masih banyak penemuan-penemuan (artefak, red) yang disimpan di museum desa,” terangnya, pada jurnalfaktual.id, Selasa (14/7/2020).

Tesis kedua, sebagaimana UNESCO mencatat, tentang empu terbanyak se Asia, menunjukkan tanda-tanda warisan leluhur para Mpu di desa Aengtongtong. Hal tersebut, disampaikan Bayu Firnanda, peneliti Keris yang fokus meneliti dunia perkerisan di desa Aengtongtong dan sekitarnya.

“Pada tahun 2012 badan khusus PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) mengakui jumlah empu di Sumenep terbanyak di Asia Tenggara. Jumlahnya mencapai 524 orang. Dari jumlah itu 80% tinggal di desa Aeng Tong-Tong. Sisanya tersebar di desa Pore, Talang, Palongan, Aeng Baja Raja” jelas Bayu Firnanda, Peneliti Keris. https://jurnalfaktual.id/webdev/berita/unesco-sebut-sumenep-miliki-empu-terbanyak-se-asia-tenggara/

Penguatan argumentasi, jika jejak empu pertama di Sumenep dimulai dari desa Aengtongtong, kembali dijelaskan oleh H. Sanomo.

“Makam-makam kuno tersebut, adalah makam leluhur desa dan para sesepuh Mpu Kacang. Hal itu, sudah menjadi cerita tutur masyarakat desa Aengtongtong,” imbuh H. Sanamo, keturunan Mpu Kacang dan tokoh adat masyarakat Aengtongtong.

Adapula cerita rakyat, jika Makam tersebut adalah makam pangeran Bukabu (Notoprojo). Pangeran Bukabu tercatat memerintah pada tahun 1339-1348 M (Wilayah Ambunten). Namun, jika ditarik korelasi pangeran Bukabu dengan seorang Mpu, ini masih menjadi pertanyaan-pertanyaan yang perlu konklusi.

Korelasi rasional, sebuah mahakarya Mpu Dira dengan Tombak Segoro lebih erat kaitannya dengan kehidupan yang tak jauh dari dimana zaman Pangeran Segoro Hidup. Hal itu menjadi sebuah konstruksi, asal muasal pertama ada manusia Madura dengan sebuah penciptaan pusaka keris dan tombak yang tidak jauh dari generasi Pangeran Segoro (Manusia pertama Madura).

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article