Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
No Result
View All Result
Kirimkan
Jurnal Faktual
  • News
    • Peristiwa
    • Hukum dan Kriminal
    • Politik
    • Birokrasi
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Wisata
    • Profil
  • OpiniHot
Kirimkan
  • Login
  • Register
New & Opini
Home Berita

Alas Purwo, G-Land, dan Eksotika tak Pernah Purna

by Nurul Ludfia Rochmah
4 bulan ago
in Berita, Peristiwa, Wisata
Reading Time: 5min read
0
Share on FacebookShare on Twitter

jfid – G-land adalah nama pesisir pantai di daerah selatan Banyuwangi yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Untuk menuju ke pantai tersebut, kita harus melewati hutan belantara yang dikenal sebagai Alas Purwo. Perjalanan menuju Alas Purwo bisa menggunakan motor, mobil, atau bus. Perjalanan menuju ke Alas Purwo dan G-Land menyisakan kesan yang layak dibagikan dalam bentuk cerita.

Saya berangkat dengan enam orang teman, satu mobil, pukul delapan pagi dari Banyuwangi Kota. Perjalanan memakan waktu kurang lebih dua setengah jam. Perjalanan cukup lancar sehingga pukul sepuluh lebih tiga puluh menit kami sampai di pos penjagaan Pancur. Setelah meminta izin, kami memasuki alas menuju pos perhutani di dekat Pantai Pancur yang jauhnya kurang lebih sepuluh kilometer. Sampai di pos, mobil harus diparkir. Kami harus memesan tropper yang bisa mengantar kami ke Pantai Plengkung. Jarak dari pos menuju Pantai Plengkung sejauh delapan kilometer dengan kondisi jalan yang cukup baik.

Alas Purwo memang identik dengan kisah dan petualangan yang berbau mistis. Kisah itu tentang hutan yang masih perawan, banyaknya situs sejarah dan pura atau tempat pemujaan, banyak tempat ritual yang dipercaya dapat digunakan untuk ‘ngalap berkah’ dan masih banyak yang lain. Sopir tropper yang kami tumpangi, Pak Yuda, mulai mengisahkan cerita dan pengalamannya sepanjang perjalanan kami ke Plengkung.

Sepanjang perjalanan Pak Yuda bercerita bahwa apa ada di Alas Purwo ini berkaitan dengan adat, kebiasaan, kepercayaan, yang dipatuhi oleh masyarakat sekitar Alas Purwo. Pelanggaran terhadap hal-hal yang sudah dipercayai akan berakibat kurang baik terhadap pelanggarnya. Hubungan antara manusia dan lingkungannya benar-benar dijunjung tinggi di sini.

Di tengah perjalanan, Pak Yuda sempat menghentikan troppernya karena ada enam orang, tiga laki-laki dan tiga perempuan yang berjalan kaki. Melihat barang bawaannya Pak Yuda memperkirakan rombongan tersebut akan melakukan ritual. Mungkin karena sudah sering menjumpai hal semacam itu sebelumnya ia menduga rombongan tersebut salah jalan. Dugaan Pak Yuda betul. Rombongan itu akan ke Goa Gajah dan jalan yang mereka tempuh berlawanan arah. Pak Yuda menyarankan agar mereka kembali saja ke pos dan bertanya pada petugas, arah jalan ke Goa Gajah. Ia juga memberi alternatif, jika memang ingin ritual, daerah dekat situ yang bisa dijangkau adalah Padhas Ireng. Mereka menuruti saran Pak Yuda. Menurut Pak Yuda, perjalanan di dalam Alas Purwo tidak boleh main-main. Meminta bantuan dari petugas kehutanan adalah cara yang paling aman karena para petugas tersebut sudah memahami karakteristik Alas Purwo. Salah jalan di dalam Alas Purwo bisa berakibat tidak bisa pulang.

BACAJUGA

No Content Available

Di bagian inti Alas Purwo, hutan Jati dengan tinggi minimal 10 meter mendominasi. Begitu memasuki area Pantai Plengkung hutan bambu yang banyak dijumpai. Pantai ini benar-benar eksotik. Ia menghadap ke laut lepas. Ombaknya berlipat-lipat dan memiliki ketinggian fantastis. Kabarnya ombak ini nomor dua terindah di dunia setelah Pantai Hawaii di AS. Grajagan Land atau G-land memiliki G-spot ombak yang bergulung seperti tabung. Ombak seperti ini seperti surganya para peselancar.

Bagi Para Peselancar kelas dunia bisa menjajal tiga macam ombak di Plengkung. Ada many track waves, speedish waves, dan kong waves. Many track waves untuk peselancar pemula dengan ketinggian ombak 2-4 meter. Speedish waves untuk peselancar sedang dengan ketinggian ombak 5-7 meter. Kong waves untuk peselancar profesional dengan ketinggian ombak 8 meter lebih. Tentang peselancar dan ombak indah lebih mudah ditemui di bulan Agustus. Sekarang November, hujan sering turun, masih musim pandemi, pengunjung Alas Purwo dan peselancar G-Land sepi. Heliped di pinggir pantai sepi dari raung helikopter yang membawa peselancar kelas dunia.

Beberapa home stay pinggir pantai lengang meski tetap tampak ‘mengundang’ tamu untuk menginap dan menikmati kuning pasir Pantai Plengkung yang memesona. Hutan Bambu dan Hutan Jati menutupi matahari sore dan menyisakan pendar cahaya juga meninggalkan pesan agar cepat kembali berkunjung ke sana.

ShareTweetSendShare

Related Posts

Demo GMNI Sumenep Tolak penambangan Fosfat di depan gedung DPRD Sumenep

GMNI Sumenep: Penambangan Fosfat Sebabkan Banjir

1 hari ago
Foto : Ketua Pansus Perda Desa Wisata, Lalu Hadrian Irfani (LHI) bersama rombongan saat memimpin kunjungan kerja ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur

Pansus Desa Wisata DPRD NTB Gali Tata Pengembangan Desa Wisata ke Jatim

1 hari ago

Mobil Bergambar Soengkono dan Kesaksian Satpam BPRS Selama 11 Tahun Bekerja

2 hari ago
Foto : Wakil Gubernur NTB, Dr. Ir. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, bersama Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi dan Lima Anggota Komisi Informasi (KI) NTB yang baru resmi dilantik

Lima Anggota Komisi Informasi Resmi Dilantik Wagub NTB

2 hari ago

Penghormatan Terakhir Pemkab Sumenep pada Soengkono Sidik dan Novi Sujatmiko

2 hari ago
Afan Afandi, kepala desa Lenteng Barat kecamatan Lenteng

Keberhasilan Afan Afandi, Pimpin Desa Lenteng Barat dengan Heroik

3 hari ago
Load More
Next Post
"Suryandadari," 60x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020

Suryandadari dan Relasi Pengetahuan atau Kekuasaan

Discussion about this post

POPULER

  • Baca
  • Opini
  • Berita
Agus Harimurti Yudhoyono (foto: istimewa)
Headline

Ujian Sang Mayor

06/03/2021
Ilustrasi keberingasan Kapitaslime
Fokus

Kapitalisme Lahir Karena Indonesia

05/03/2021
Demo GMNI Sumenep Tolak penambangan Fosfat di depan gedung DPRD Sumenep
Berita

GMNI Sumenep: Penambangan Fosfat Sebabkan Banjir

05/03/2021
Foto : Ketua Pansus Perda Desa Wisata, Lalu Hadrian Irfani (LHI) bersama rombongan saat memimpin kunjungan kerja ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur
Berita

Pansus Desa Wisata DPRD NTB Gali Tata Pengembangan Desa Wisata ke Jatim

05/03/2021
Jurnal Faktual

© 2020

Informasi

  • Pedoman
  • Redaksi
  • Periklanan
  • Privacy Policy
  • Tentang
  • Rilis Berita
  • Saran Translate

Terhubung

No Result
View All Result
  • Opini
  • News
    • Birokrasi
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Wisata
    • Profil
    • Polling
  • Kirim Tulisan
  • Login
  • Sign Up

© 2020

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.