jfid – Rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun ini. Pada hari Jumat, 20 Oktober 2023, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,38% menjadi Rp 16.500 per dolar AS. Ini merupakan level terendah sejak Maret 2020, saat pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia.
Penyebab pelemahan rupiah bermacam-macam, mulai dari faktor eksternal seperti kebijakan moneter AS yang lebih ketat, kenaikan harga minyak dunia, dan ketegangan geopolitik antara AS dan China; hingga faktor internal seperti defisit neraca transaksi berjalan, inflasi yang rendah, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Namun, apakah rupiah akan terus melemah tanpa ada harapan? Apakah ada faktor-faktor yang bisa menopang rupiah di tengah tekanan global? Apakah ada target penjual rupiah selanjutnya yang bisa dijadikan acuan?
Faktor Penopang Rupiah
Meski rupiah terus melemah, ada beberapa faktor yang bisa menopang rupiah di tengah tekanan global. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
- Arus modal asing. Meski pasar obligasi mengalami keluaran modal asing sebesar Rp 17,8 triliun sepanjang tahun ini, pasar saham masih mencatatkan masuknya modal asing sebesar Rp 35,7 triliun. Ini menunjukkan bahwa investor asing masih melihat potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kinerja perusahaan-perusahaan di bursa saham.
- Cadangan devisa. Cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 mencapai US$ 137,6 miliar, naik US$ 1,2 miliar dibandingkan akhir Agustus 2023. Ini menunjukkan bahwa Bank Indonesia (BI) masih memiliki amunisi untuk menjaga stabilitas rupiah dengan melakukan intervensi di pasar valas.
- Vaksinasi Covid-19. Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia terus berjalan dengan target mencapai herd immunity pada akhir tahun ini. Hingga 19 Oktober 2023, sebanyak 118,9 juta orang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19 dan sebanyak 87,5 juta orang telah menerima dosis kedua. Ini diharapkan bisa menurunkan angka kasus dan kematian akibat Covid-19 serta mempercepat pemulihan ekonomi.
Target Penjual Rupiah Selanjutnya
Meski ada faktor-faktor penopang rupiah, tekanan global masih cukup kuat untuk mendorong rupiah melemah lebih lanjut. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui target penjual rupiah selanjutnya yang bisa dijadikan acuan.
Salah satu cara untuk menentukan target penjual rupiah adalah dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis teknikal adalah metode analisis yang menggunakan data historis harga untuk mengidentifikasi pola-pola dan tren harga serta menghitung level-level kritis seperti support dan resistance.
Support adalah level harga di mana permintaan lebih besar dari penawaran, sehingga harga cenderung berbalik arah naik. Resistance adalah level harga di mana penawaran lebih besar dari permintaan, sehingga harga cenderung berbalik arah turun.
Dengan menggunakan analisis teknikal, kita bisa melihat bahwa rupiah saat ini berada dalam tren turun jangka panjang terhadap dolar AS. Rupiah telah menembus level support penting di Rp 16.000 per dolar AS pada September lalu dan terus bergerak menuju level resistance selanjutnya di Rp 16.625 per dolar AS.
Level resistance Rp 16.625 per dolar AS ini merupakan level tertinggi yang pernah dicapai rupiah pada Maret 2020, saat pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia. Jika rupiah berhasil menembus level ini, maka rupiah akan memasuki zona bearish yang lebih dalam dan berpotensi menuju level resistance berikutnya di Rp 17.000 per dolar AS.
Namun, jika rupiah gagal menembus level ini, maka rupiah akan mengalami koreksi atau rebound ke arah atas dan berpotensi menuju level support berikutnya di Rp 16.000 per dolar AS.
Kesimpulan
Rupiah terus melemah terhadap dolar AS sejak awal tahun ini dan mencapai level terendah sejak Maret 2020. Penyebab pelemahan rupiah bermacam-macam, mulai dari faktor eksternal hingga internal. Namun, ada juga beberapa faktor yang bisa menopang rupiah di tengah tekanan global, seperti arus modal asing, cadangan devisa, dan vaksinasi Covid-19.
Target penjual rupiah selanjutnya yang bisa dijadikan acuan adalah level resistance Rp 16.625 per dolar AS, yang merupakan level tertinggi yang pernah dicapai rupiah pada Maret 2020. Jika rupiah berhasil menembus level ini, maka rupiah akan memasuki zona bearish yang lebih dalam. Namun, jika rupiah gagal menembus level ini, maka rupiah akan mengalami koreksi atau rebound ke arah atas.