Rupiah 20.000, Efek Yuanisasi ya Bu?

Rasyiqi
By Rasyiqi
8 Min Read
Gambar ilustrasi mata uang rupiah
Gambar ilustrasi mata uang rupiah

jfId – Masyarakat perlu tahu bahwa investor asing saat ini banyak yang ambil dolar keluar dari Indonesia itulah komentar ibu menteri yang mengatakan mengapa dolar bisa ke 20.000. Dolar bisa ke 20.000  menjadi judul di media kemarin.

Ealah, kok gitu sih ngomongnya, jangan jujur-jujur lah,  kalian sendiri yang ngambil keputusan yuanisasi. Berkiblat ke Tiongkok. Itu reaksi pasar, reaksi penguasaha swasta internasional.

Yuan adalah mata uang yang menguasai 2% peredaran mata uang di dunia, yen jepang masih 4% alias dua kali yuan. US dolaar merupakan 70%  mata uang transaksi internasional. Kok bisa kita mau bekerja sama dengan mata uang TIDAK MULTICURRENCY kayak gitu. Terus di posisi kita defisit jauh lagi, kalau deket-deket ok lah.

Pasti sudah mikir matang dong ya, untung rugi nya  yuaninasai?

Dulu, eskpor Indonesia ya enaknya dapat dolar karena bisa dipakai buat belanja kenegara lain, sekarang di paksa bolak balik ke Tiongkok yang akan membuat devisa Indonesia dolarnya susut 30% loh. Jadi kayak provinsilah, di paksa muter-muter di “dalam negeri”, atau bagian dari konsumsi domestik.

Asli saya masih bertanya, kok takluk sih sama yuan?

Kemudian pasar internasional bereaksi, sekarang pada di ambil ambilin dolar dibawa balik ke induknya tuh keluar Indonesia, nanti begitu perlu dolar di Indonesia ya terang aja jadi 20. 000 deh, jadi itu ya bu alasan mengapa rupiah bisa 20,000!

Tapi kok mau sih kemarin kerjasama yuan rupiah? Ada yang neken kali ya? Ada yang maksa? Kok bisa kalah? Atau ngak nyampe ilmunya atau juga mungkin pejabat di pemerintahan mereka concern jangka pendek saja, ada CAD atau current account devisit, lalu bagaimana cepat mengatasinya.

Yang cepat adalah masukan devisa dari Tiongkok dalam yuan. Karena mungkin tidak mengerti geopolitik jadi tidak sadar kalau dalam yuan akan berakibat negatif karena konversi yuan ke dolar tidak selancar ketika “sebelum perang dagang”.

Eh lupa, pejabat sekarang ngak nganggap perang dagang itu perang PERTAHANAN negara. Kayak saingan di pasar basah, di pasar klewer.

Jadi kedepan bagaimana sebaiknya? Versi kita loh ya, bukan versi mega bintang dan menteri multi talent. Kita fokus pada analisa pertahanan dalam bernegara, ya kembali ilmu abal-abal kita lah.

Karena Indonesia defisit terhadap yuan, maka nilai yuan lebih kuat dan bisa di tekan rupiahnya, jadi bukan dolar saja akan ke 20.000 alias 20% rupiah terdevaluasi tetapi terhadap yuan juga sama, secara perlahan rupiah nilainya terhadap yuan akan merosot terus juga, 20% dalam 2 tahun kdepan.

Dan itu memang strategi Tiongkok untuk membeli bahan baku dari Indonesia yang murah, sampai habis itu tanah air Indonesia, pasti habis.

Datuk Maringgih dilawan!

Sudah berapa kali kita katakan, Datuk Maringgih mau Siti Nurbaya, bapak ibunya Siti Nurbayah di kasih uang pinjaman hambur-hambur.

Tiongkok mau Siti Nurbayah Indonesia yaitu sumber daya alam, dikasihnya pejabat harta limpah-limpah. Yang bikin gelap mata, anak gadis pun di jualnya.

Begitukah cara kalian bernegara, wahai bapak ibu siti Nurbayah?

Kemarin Datuk Maringgih nya IMF sekarang OBOR tak belajar kalian itukah? IMF dengan global bond nya Indonesia perlu dolar sementara deal dengan Tiongkok anti dolar dedolarisasi alias ngak akan punya dolar.

Dengan dolar kita mati dengan yuan kita mati. Datuk Maringgih satu saja sudah hilang Siti Nurbaya, apa lagi datuk maringgihnya dua, matilah awak!

Begini kita selesaikan caranya ya. Walau kita kritis tetap solutif lah.

Kemarin SWF sudah akan kalian mainkan khan ya? Ini model mana yang kalian mainkan? Jangan-jangan supaya bikin si sontoloyo ini senang lalu mengatakan akan jalankan SWF. Dimana SWF tadi kita mau tanya, model MMT atau model hutang?

Kenapa saya pertanyakan? Karena dalam berita di tulis SWF soverign wealth fund (lembaga kelola investasi), ini apaan sih kalian?

SWF kok lembaga? Ilmu dari mana sih? Ini kita bicara jenis batu yang sama khan berlian? Atau akik nih yang kalian omongkan?

Kayaknya bukan berlian deh.

SWF itu instrument, ngerti instrumen? Duh saya senewen nih kalau bernegara mesti ngajarin lewat sosial media karena akses di tutup untuk bossman ke RI 1. Asli di tutup. Data ke RI 1 bossman itu mahluk hina, anak yatim, miskin ilmu, cari jabatan, cari pansos doang.

Eh cuk, siapapun itu yang ngomong begitu ke RI 1 tentang bossman kayak gitu, ya bener sih, emang anak yatim, ngak ada ilmu, tapi ngak nyari jabatan lah. Lu aja ambil tuh jabatan.

Jadi kalau SWF dijalankan secara MMT ilmu aslinya, maka yang menjalankan BUMNK, badan usaha meilik negara khusus tepatnya SSK, satuan kerja khusus seperti SSK migas. Ini namanya SKK minerba di bawah kementrian keuangan dan kementrian ESDM.

Buat mahluk baru. Sifanta ad hoc, 10 tahun aja atau selama “instrumen berlaku” , mulai faham instrumen, SWF instrumen keuangan.

Lalu, nah ini yang gak mungkin asli ngak mungkin karena akan ditentang oligarki, free rider dan para orang di sekitar istana yang makan dari hasil bumi tambang. Karena tabrakan dengan UU minerba.

Semua tambang, SDA adalah milik negara. Perusahaan yang ada saat ini menguasai lahan tersebut HANYA PENGELOLA.

Di bayar per output produk sesuai ONGKOS PRODUKSI + COST OF FUND + MARGIN USAHA. Semua output produk jadi milik negara. Mampus tuh semua asing-asing dan oligarki.

Itu pengusaha Tiongkok di Sulawesi Tenggara, di Kalimantan, bule bule, Tiongkok Tiongkok, cabut balik kandang. Perusahaannya tidak boleh memiliki lahan lagi, hanya pengelola tambang. Ngak ada yang namanya ambil ambil saham 51% ala freeport. Ngapain bayar. Biar aja 100% punya freeport tetapi produknya 100% punya Indonesia di bayar bukan harga komoditas tetapi ongkos produksi.

Ambyar itu semua pengusaha tambang asing di nusantara. Kalian sekali lagi, di bayar pakai ongkos produksi, bukan di bayar pakai harga komoditas. Ngerti pejabat cara menjalankan SWF? Eh kayaknya beda SWF yang di pakai sekarangnya, ya maaf, salah marah, salah ngajarin. Lanjut deh. #peace.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article