Dahulu kala, warung kecil adalah tempat langganan bagi warga desa. Setiap hari, warung kecil menjadi tempat berkumpulnya para tetangga untuk bersosialisasi sambil menikmati kudapan ringan. Namun, kini warung kecil mulai mati satu persatu, karena “Goliath” swalayan masuk desa.
Dalam cerita David dan Goliath, David yang kecil dan lemah berhasil mengalahkan raksasa Goliath. Namun, kisah ini tak berlaku untuk warung kecil melawan swalayan. Warung kecil yang kecil dan lemah, sulit bertahan melawan Goliath swalayan yang besar dan kuat.
Anekdot yang menarik, seorang pemilik warung kecil mengeluh, “Sekarang orang lebih suka belanja di swalayan, meskipun harga barangnya lebih mahal. Padahal, kalau beli di warung kecil, harga bisa lebih murah dan bisa ngobrol sama pemiliknya. Tapi, kenapa masih ada orang yang lebih suka belanja di swalayan?”.
Dalam teori ekonomi Islam, koperasi adalah sebuah solusi untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, swalayan yang dimiliki oleh koperasi Jasa Keuangan Syariah, justru menjadi ancaman bagi keberlangsungan warung kecil. Koperasi seharusnya membantu masyarakat dengan memberdayakan warung kecil, bukan justru mendirikan swalayan yang akan merugikan warung kecil.
Kapitalisme dan sosialisme, dua teori ekonomi yang berbeda, namun keduanya menganggap pentingnya persaingan yang sehat di dalam pasar. Namun, apa yang terjadi saat persaingan pasar tidak sehat, dan hanya mengejar profit tanpa mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan?
Dalam Islam, terdapat konsep dosa dalam bisnis, yaitu riba, gharar, dan maysir. Tiga hal ini dilarang dalam Islam karena dapat merugikan pihak lain secara tidak adil. Bagaimana jika keberlangsungan bisnis swalayan di desa-desa menjadi alat penguasaan pasar dengan merugikan warung kecil dan konsumen?
Pakar dan tokoh seperti M. Syafi’i Antonio dan Gus Mus telah memperingatkan bahaya dari dominasi swalayan terhadap warung kecil. Warung kecil bukan hanya sekadar tempat belanja, tapi juga sebagai bagian dari kearifan lokal dan identitas kampung. Apa yang akan terjadi jika keberlangsungan warung kecil tidak diperhatikan?
Kematian warung kecil bukan hanya karena adanya persaingan pasar yang tidak sehat, namun juga karena kurangnya dukungan dan perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Seharusnya, kita memberdayakan warung kecil, bukan justru membunuhnya dengan membanjiri pasar dengan swalayan.
Kita perlu menyadari bahwa keberlangsungan warung kecil adalah bagian dari keberlangsungan ekonomi lokal. Jangan biarkan warung kecil mati
dan menghilang dari desa-desa kita. Kita bisa membantu dengan membeli barang-barang dari warung kecil dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan dan kebijakan yang mendukung keberlangsungan warung kecil, seperti pemberian kredit usaha kecil dan menengah (UKM) dengan bunga rendah dan pelatihan pengelolaan bisnis.
Dalam hal ini, koperasi juga bisa berperan sebagai lembaga yang membantu memberdayakan warung kecil, dengan memberikan pelatihan pengelolaan bisnis dan pemasaran, serta membantu memperoleh modal usaha.
Dalam metafora satir, swalayan bisa disamakan dengan hewan buas yang memangsa warung kecil yang lebih kecil dan lemah. Namun, kita sebagai masyarakat dan konsumen, memiliki kekuatan untuk menentukan arah pasar. Kita bisa memilih untuk memberdayakan warung kecil dan menjaga keberlangsungan ekonomi lokal, atau memilih untuk membanjiri pasar dengan swalayan yang hanya mengutamakan profit tanpa memperhatikan dampak sosial yang ditimbulkan.
Dalam akhir cerita David dan Goliath, David yang kecil dan lemah berhasil mengalahkan Goliath yang besar dan kuat. Namun, dalam kisah perbandingan warung kecil dan swalayan, belum ada jalan keluar yang pasti. Namun, dengan kesadaran dan tindakan dari kita semua, kita bisa membantu menjaga keberlangsungan warung kecil dan memperkuat ekonomi lokal.
Dalam konteks keberlangsungan warung kecil dan pasar tradisional, kita juga bisa mengambil pelajaran dari beberapa negara seperti Jepang dan Prancis. Di Jepang, pasar tradisional (Shotengai) dijaga keberlangsungannya dengan kebijakan yang mendukungnya, seperti diberikannya fasilitas parkir gratis, dukungan pengelolaan keuangan, dan berbagai acara yang menarik minat konsumen.
Di Prancis, pasar tradisional juga dijaga keberlangsungannya dengan memberikan dukungan dan perlindungan terhadap pasar tradisional, seperti melarang pembukaan supermarket di dekat pasar tradisional dan memberikan subsidi kepada pedagang pasar tradisional.
Dalam kesimpulan, keberlangsungan warung kecil dan pasar tradisional merupakan bagian dari keberlangsungan ekonomi lokal. Kita sebagai masyarakat dan konsumen memiliki peran penting untuk menjaga dan memberdayakan warung kecil, dengan membeli barang-barang dari warung kecil dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Pemerintah juga perlu memberikan dukungan dan kebijakan yang mendukung keberlangsungan warung kecil, seperti memberikan kredit UKM dengan bunga rendah dan pelatihan pengelolaan bisnis. Dengan kesadaran dan tindakan dari kita semua, kita bisa menjaga keberlangsungan warung kecil dan memperkuat ekonomi lokal. Sehingga, kita bisa menjaga kearifan lokal dan identitas kampung yang terkandung dalam warung kecil dan pasar tradisional.
Dalam perspektif dosa moral, keberlangsungan warung kecil juga memiliki kaitan dengan masalah moral dan etika. Warung kecil biasanya dimiliki oleh pedagang kecil yang hidupnya tergantung pada bisnis yang mereka kelola. Oleh karena itu, menghancurkan bisnis pedagang kecil dapat menjadi sebuah tindakan yang merugikan secara moral.
Dalam perspektif sosial, merugikan bisnis pedagang kecil juga berdampak pada keberlangsungan sosial di masyarakat. Warung kecil tidak hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi juga menjadi tempat berkumpul dan berinteraksi antara pedagang dan konsumen. Dengan merugikan warung kecil, maka keberlangsungan interaksi sosial di masyarakat juga terganggu.
Dibalik setiap usaha warung kecil, terdapat keluarga yang bergantung pada bisnis tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pedagang kecil biasanya adalah orang-orang yang memulai bisnis mereka dengan modal yang terbatas, dan dalam banyak kasus, mereka juga bekerja sebagai tenaga kerja utama dalam bisnis mereka.
Ketika bisnis warung kecil terancam oleh persaingan pasar yang tidak sehat, seperti kehadiran swalayan yang bersaing dengan harga yang lebih murah dan fasilitas yang lebih lengkap, maka hal ini berdampak pada kelangsungan hidup keluarga yang bergantung pada bisnis tersebut.
Banyak pedagang kecil yang terpaksa menutup bisnis mereka dan mencari pekerjaan lain, atau bahkan hidup dalam kondisi yang sulit karena tidak memiliki penghasilan tetap. Ini berdampak pada kesejahteraan keluarga dan bahkan kesehatan mental pedagang kecil.
Memang benar, banyak pedagang kecil yang berjualan bukan untuk membeli mobil mewah atau barang-barang mewah lainnya. Mereka berjualan karena ingin memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka dan keluarga mereka, seperti membiayai anak mereka sekolah, membayar hutang, dan membeli makanan sehari-hari.
Banyak pedagang kecil yang harus bekerja keras dan berusaha keras setiap hari untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Mereka tidak memiliki modal yang besar dan seringkali bergantung pada modal yang mereka miliki untuk menghidupi keluarga mereka.
Oleh karena itu, setiap penjualan di warung kecil sangat berarti bagi mereka. Setiap rupiah yang mereka peroleh sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan keluarga mereka.
Selain itu, keberlangsungan bisnis warung kecil juga penting untuk mencegah terjadinya urbanisasi atau perpindahan orang ke kota besar seperti Jakarta. Dengan adanya bisnis warung kecil yang sukses, maka orang-orang di desa atau kota kecil tidak perlu merantau ke kota besar untuk mencari pekerjaan yang lebih baik.
Dalam pandangan agama, menghasilkan uang dengan cara yang halal dan memenuhi kebutuhan hidup kita dan keluarga adalah penting. Dalam Islam, bekerja dan menghasilkan uang dengan cara yang halal juga dianggap sebagai ibadah.
Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat seharusnya membantu dan memberdayakan pedagang kecil dengan membeli barang-barang dari warung kecil dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Kita juga harus memperhatikan dampak sosial dari persaingan pasar yang tidak sehat pada keluarga yang bergantung pada bisnis warung kecil.