Alasan Harga BBM Turun Per 1 Januari 2024, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read
Alasan Harga BBM Turun Per 1 Januari 2024, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Alasan Harga BBM Turun Per 1 Januari 2024, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

jfid – Pengendara sepeda motor mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax di SPBU, Jakarta, Rabu (1/1/2024). (KOMPAS.com/Alinda Hardiantoro)

Jakarta, Kompas.com – Bagi sebagian pengguna kendaraan bermotor, awal tahun 2024 menjadi kabar baik. Pasalnya, harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang diproduksi oleh PT Pertamina (Persero) mengalami penurunan per 1 Januari 2024.

Adapun jenis BBM non-subsidi yang turun harga adalah Pertamax Series dan Dex Series. BBM yang turun harga termasuk Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, hingga Pertamax Green 95.

Penurunan harga ini tentu menjadi angin segar bagi masyarakat yang membutuhkan BBM berkualitas tinggi untuk kendaraannya. Namun, apa sebenarnya alasan di balik penurunan harga BBM ini?

Fluktuasi Harga Minyak Dunia

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan, perubahan harga BBM ini terjadi secara berkala menyesuaikan fluktuasi harga pada periode tanggal 25 hingga tanggal 24 pada bulan selanjutnya.

“Penyesuaian harga wajar mengikuti fluktuasi harga minyak dunia,” ujar Irto melalui rilis resminya, Senin (1/1/2024).

Menurutnya, penyesuaian ini mengikuti tren fluktuasi harga rata-rata publikasi minyak dunia, yakni harga publikasi Mean of Platts Singapore (MOPS)/Argus serta nilai tukar mata uang rupiah.

“Saat ini, tren harganya sedang turun, maka harga jual produk BBM non subsidi Pertamina yakni Pertamax Series dan Dex Series kembali turun berlaku 1 Januari 2024, setelah sebelumnya pada Desember lalu juga mengalami penyesuaian turun harga,” lanjut Irto.

Penetapan harga baru ini, tambah dia, sudah sesuai dengan formula penetapan harga dalam Kepmen ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang formulasi harga JBU atau BBM non subsidi.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah jenis Brent turun dari USD 79,67 per barel pada 25 November 2023 menjadi USD 76,42 per barel pada 24 Desember 2023. Sementara itu, harga minyak mentah jenis WTI juga turun dari USD 76,09 per barel menjadi USD 72,91 per barel pada periode yang sama.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak dunia adalah meningkatnya produksi minyak oleh negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya (OPEC+).

Pada pertemuan pada 2 Desember 2023, OPEC+ memutuskan untuk menambah produksi minyak sebesar 400.000 barel per hari mulai Januari 2024. Keputusan ini diambil untuk memenuhi permintaan minyak global yang diperkirakan akan meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, penurunan harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China, ketegangan antara Rusia dan Ukraina, serta konflik antara Israel dan Palestina.

Kurs Rupiah Menguat

Faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan harga BBM non-subsidi adalah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs rupiah menguat dari Rp 14.500 per dolar AS pada 25 November 2023 menjadi Rp 14.300 per dolar AS pada 24 Desember 2023.

Penguatan rupiah ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain:

Arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia, seiring dengan meningkatnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Kinerja ekspor yang positif, terutama dari sektor komoditas, seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel.

Kebijakan moneter yang akomodatif dari Bank Indonesia, yang menurunkan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen pada 16 Desember 2023.

Perbaikan neraca pembayaran, yang mencatat surplus sebesar USD 4,6 miliar pada kuartal III-2023, meningkat dari surplus USD 2,9 miliar pada kuartal II-2023.

Penguatan rupiah ini berdampak positif bagi Pertamina, karena dapat menekan biaya impor minyak mentah dan produk BBM yang menggunakan dolar AS sebagai mata uang pembayaran.

Dengan demikian, Pertamina dapat menurunkan harga jual BBM non-subsidi tanpa mengorbankan kesehatan keuangan perusahaan.

Dampak bagi Masyarakat dan Pertamina

Penurunan harga BBM non-subsidi ini tentu memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya pengguna kendaraan bermotor.

Selain dapat menghemat pengeluaran untuk bahan bakar, masyarakat juga dapat menikmati kualitas BBM yang lebih baik, yang dapat meningkatkan performa mesin dan mengurangi emisi gas buang.

Bagi Pertamina, penurunan harga BBM non-subsidi ini juga memberikan dampak positif, yaitu:

Meningkatkan daya saing produk BBM non-subsidi Pertamina dengan produk sejenis dari produsen lain, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Mendorong konversi penggunaan BBM subsidi ke BBM non-subsidi, yang dapat mengurangi beban subsidi yang ditanggung oleh pemerintah dan Pertamina.

Mempertahankan loyalitas pelanggan, yang dapat meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan BBM non-subsidi Pertamina.

Dengan demikian, penurunan harga BBM non-subsidi ini merupakan langkah strategis yang diambil oleh Pertamina untuk mengikuti dinamika pasar dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article