jfid – Halo, teman-teman pembaca yang budiman! Kali ini kita akan membahas sebuah topik yang cukup serius dan memilukan, yaitu serangan terbaru Israel ke kota Rafah di Jalur Gaza.
Pada tanggal 10 Februari 2024, Israel melancarkan serangan udara dan penembakan artileri terhadap rumah-rumah di Rafah tengah dan utara.
Serangan ini mengakibatkan banyak kematian dan cedera. Menurut pejabat medis yang dikutip oleh Wafa, 25 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat serangan tersebut.
Namun, laporan lain menyebutkan bahwa serangan tersebut menewaskan 37 orang dan melukai puluhan lainnya.
Serangan ini mendapat banyak perhatian dan kritik dari komunitas internasional. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, secara pribadi telah meminta Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menghentikan serangan tersebut.
Biden menekankan pentingnya menjaga keamanan warga yang berlindung di Rafah.
Namun, Netanyahu tampaknya tidak sepenuhnya setuju dengan komentar Biden. Dalam sebuah wawancara, Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer Israel di Jalur Gaza merupakan langkah yang tepat dan dia tidak mengerti apa yang Biden maksudkan terkait serangan balasan Israel terhadap serangan Hamas.
Sebagai respons terhadap serangan Israel, kelompok Houthi dari Yaman telah memberikan ancaman. Mereka berjanji untuk memperluas operasinya melawan Israel jika serangan ke Rafah terus berlanjut.
Sementara itu, Iran menuntut agar Israel dikeluarkan dari PBB. Tuntutan ini muncul sebagai reaksi terhadap tindakan Israel yang dianggap melanggar hak asasi manusia.
Serangan Israel ke Rafah telah menimbulkan banyak kematian dan cedera, serta mendapat banyak kritik dari komunitas internasional.
Meskipun ada tekanan dari berbagai pihak untuk menghentikan serangan tersebut, tampaknya konflik ini masih akan berlanjut. Mari kita berharap agar perdamaian dapat segera tercapai dan korban jiwa dapat dihindari.