FamilyMart Alami Dilema Etis dalam Bisnis Global: Kasus Boikot Israel

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
7 Min Read
FamilyMart Alami Dilema Etis dalam Bisnis Global: Kasus Boikot Israel
FamilyMart Alami Dilema Etis dalam Bisnis Global: Kasus Boikot Israel
- Advertisement -

jfid – FamilyMart, siapa yang tidak kenal dengan waralaba toko kelontong asal Jepang ini? Dengan logo berwarna hijau dan biru yang mencolok, FamilyMart menawarkan berbagai macam produk dan layanan yang memudahkan kehidupan sehari-hari.

Mulai dari makanan, minuman, buku, tiket, hingga ATM, FamilyMart menjadi pilihan favorit banyak orang di berbagai negara.

Namun, di balik kesuksesan dan kemudahan yang ditawarkan oleh FamilyMart, ternyata ada sebuah kisah gelap yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Kisah yang berkaitan dengan konflik, kekerasan, dan genosida yang terjadi di Timur Tengah, antara Israel dan Palestina.

Ya, FamilyMart ternyata memiliki hubungan bisnis dengan Israel, melalui perusahaan induknya, Itochu Corp. Itochu Corp adalah salah satu perusahaan konglomerat terbesar di Jepang, yang bergerak di berbagai bidang, termasuk perdagangan, tekstil, energi, kimia, makanan, dan teknologi.

Ad image

Salah satu anak perusahaan Itochu Corp adalah Itochu Aviation, yang pada Maret 2023 lalu menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan Nippon Aircraft Supply dan Elbit Systems Ltd, perusahaan teknologi militer internasional dan kontraktor pertahanan yang berbasis di Israel.

Elbit Systems Ltd adalah perusahaan senjata milik swasta terbesar Israel, yang menyediakan berbagai macam sistem pertahanan, seperti radar, drone, pesawat tempur, tank, rudal, dan senjata api.

Elbit Systems Ltd juga dikenal sebagai kontributor utama tentara Israel, yang terlibat dalam serangan-serangan brutal terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza.

Menurut laporan Amnesty International, Elbit Systems Ltd adalah salah satu perusahaan yang memasok senjata yang digunakan oleh Israel untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang terhadap Palestina.

Elbit Systems Ltd juga terlibat dalam pembangunan Tembok Pemisah Israel, yang mengisolasi dan mendiskriminasi warga Palestina di Tepi Barat.

Kerja sama antara Itochu Aviation dan Elbit Systems Ltd ini didasarkan pada permintaan dari kementerian pertahanan Jepang untuk tujuan mengimpor peralatan pertahanan untuk Pasukan Bela Diri yang diperlukan untuk keamanan Jepang. Namun, kerja sama ini juga menimbulkan kontroversi dan kritik, baik dari dalam maupun luar negeri.

Di dalam negeri, masyarakat Jepang yang peduli dengan nasib Palestina mengecam dan menolak kerja sama ini.

Mereka menilai bahwa kerja sama ini bertentangan dengan nilai-nilai Jepang, serta piagam berkelanjutan Grup Itochu, yang menyatakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi pada pembangunan sosial yang berkelanjutan dan menghormati hak asasi manusia.

Mereka juga menganggap bahwa kerja sama ini melanggar prinsip tiga non-nuklir Jepang, yaitu tidak memproduksi, tidak memiliki, dan tidak mengizinkan senjata nuklir di wilayah Jepang.

Mereka khawatir bahwa kerja sama ini akan membuka peluang bagi Israel untuk memasukkan senjata nuklir ke Jepang, atau bahkan menggunakan Jepang sebagai target latihan.

Untuk menyuarakan penolakan mereka, masyarakat Jepang melakukan berbagai aksi protes dan demonstrasi di depan kantor pusat Itochu Corp dan Itochu Aviation di Tokyo. Mereka juga menyerukan boikot terhadap produk-produk yang terkait dengan Itochu Corp, termasuk FamilyMart.

Boikot terhadap FamilyMart ini juga mendapat dukungan dari masyarakat internasional, khususnya dari negara-negara Muslim, yang bersimpati dengan perjuangan Palestina.

Boikot ini tentu saja berdampak negatif bagi bisnis FamilyMart, yang memiliki lebih dari 24.000 gerai di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Taiwan, Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat. FamilyMart juga merasakan tekanan dari para mitra bisnisnya, yang khawatir terkena imbas dari boikot ini.

Akhirnya, setelah mendapat tekanan yang begitu besar, Itochu Corp memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan Elbit Systems Ltd pada akhir Februari 2024.

Keputusan ini juga dipengaruhi oleh putusan pendahuluan Mahkamah Internasional (ICJ) yang menyatakan bahwa Israel harus mencegah tindakan genosida di Gaza dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.

FamilyMart, melalui pernyataan resminya, menyambut baik keputusan Itochu Corp ini. FamilyMart menegaskan kembali sikapnya bahwa mereka tidak mendukung kekerasan atau pembunuhan, dan tidak berkontribusi atau menyumbang kepada, atau berurusan dengan Israel.

FamilyMart juga berharap bahwa boikot terhadap mereka dapat segera berakhir, dan mereka dapat kembali menjalin hubungan baik dengan pelanggan dan mitra bisnisnya.

Namun, apakah keputusan Itochu Corp ini sudah cukup untuk mengakhiri boikot terhadap FamilyMart? Apakah masyarakat Jepang dan internasional sudah puas dengan langkah yang diambil oleh Itochu Corp? Apakah konflik antara Israel dan Palestina sudah mendekati titik damai?

Jawabannya, tentu saja, tidak. Keputusan Itochu Corp ini hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh bagaimana perusahaan-perusahaan multinasional terlibat dalam konflik global yang kompleks dan berkepanjangan. Konflik yang tidak hanya melibatkan kepentingan politik, ekonomi, dan militer, tetapi juga identitas, agama, dan kemanusiaan.

Boikot terhadap FamilyMart juga hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh bagaimana masyarakat sipil berusaha untuk menyuarakan aspirasi dan solidaritas mereka terhadap isu-isu global yang penting dan mendesak.

Boikot yang tidak hanya bermaksud untuk memberikan tekanan ekonomi, tetapi juga untuk menyampaikan pesan moral dan etis.

Konflik antara Israel dan Palestina juga hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh bagaimana dunia masih dipenuhi oleh ketidakadilan, ketidaksetaraan, dan ketidakpedulian. Konflik yang tidak hanya menimbulkan korban jiwa, luka, dan penderitaan, tetapi juga mengancam perdamaian, stabilitas, dan keamanan dunia.

FamilyMart, Israel, dan boikot yang tak kunjung usai. Ini adalah cerita yang menggambarkan betapa rumit dan sulitnya hidup di dunia yang semakin global dan saling terhubung.

Ini adalah cerita yang mengajak kita untuk berpikir dan bertindak secara kritis dan bertanggung jawab. Ini adalah cerita yang menantang kita untuk menjadi bagian dari solusi, bukan masalah.

- Advertisement -
Share This Article