jfid – Perceraian orang tua, sebuah kenyataan pahit yang telah dirasakan oleh banyak anak di Indonesia.
Pengalaman pahit ini tidak hanya menciptakan luka-luka emosional, tetapi juga menuntut ketahanan yang luar biasa dari para anak yang terlibat.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka perceraian terus meningkat di Indonesia, mencapai 416.807 kasus pada tahun 2019, dengan 40 persen melibatkan anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Dampak Menyeluruh pada Anak-Anak
Perceraian orang tua memberikan dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menghadapi perceraian orang tua lebih rentan mengalami kecemasan, depresi, dan berbagai gangguan perilaku.
Kesulitan tidur, perubahan nafsu makan, dan konsentrasi yang terganggu seringkali menjadi bagian dari tantangan psikologis yang harus mereka hadapi.
Selain itu, masalah kesehatan fisik juga muncul akibat perubahan pola makan, tidur, dan aktivitas yang diakibatkan oleh keadaan keluarga yang tidak stabil.
Konflik kesetiaan dan identitas mencuat sebagai isu kompleks, di mana anak-anak merasa terdesak untuk memilih di antara dua orang tua mereka yang berpisah.
Strategi Koping Anak-Anak
Meskipun terpukul oleh dampak perceraian, anak-anak tidak selalu menyerah pada keadaan. Mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi sulit tersebut.
Strategi koping adaptif, seperti mencari dukungan sosial, mengekspresikan emosi, dan berpikir positif, menjadi kunci dalam membantu mereka mengatasi beban psikologis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa gaya pengasuhan orang tua memainkan peran besar dalam menentukan strategi koping anak-anak.
Gaya pengasuhan demokratis, yang menggabungkan kasih sayang, disiplin, dan keterlibatan, terbukti lebih mendukung perkembangan anak-anak yang mengalami perceraian.
Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Mendukung Anak-Anak
Di samping peran orang tua, keluarga dan masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan dukungan kepada anak-anak yang mengalami perceraian orang tua.
Dukungan sosial, material, dan spiritual menjadi pilar penting dalam membantu anak-anak melewati masa sulit ini.
Dukungan sosial dari saudara, teman, guru, dan tokoh agama memberikan rasa tidak sendirian, serta membantu mereka merasa didengar dan dihargai.
Dukungan material, seperti bantuan keuangan, pakaian, dan fasilitas pendidikan, memberikan jaminan bahwa kebutuhan dasar anak-anak terpenuhi.
Dukungan spiritual melalui doa, ibadah, dan nilai-nilai agama membantu anak-anak untuk mencari kekuatan batin dan makna dalam menghadapi perceraian orang tua.
Dengan kolaborasi antara orang tua, keluarga, dan masyarakat, anak-anak yang mengalami perceraian orang tua dapat membangun ketahanan yang kokoh.
Dukungan yang menyeluruh ini tidak hanya melindungi mereka dari dampak negatif, tetapi juga membantu membentuk individu yang kuat, mandiri, dan penuh harapan untuk masa depan.