jfid – Sebuah ikat kepala dengan tulisan berbahasa Arab yang sama dengan yang dipakai oleh juru bicara militer Hamas, Abu Ubaidah, menjadi tren di kalangan pejuang Houthi di Yaman.
Ikat kepala tersebut menunjukkan solidaritas dan dukungan kepada perjuangan Hamas melawan Israel di Palestina.
Abu Ubaidah adalah juru bicara Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, yang sering tampil di depan publik dengan menutup wajahnya dengan kain keffiyeh khas Palestina.
Ia juga mengenakan seragam tentara dan ikat kepala dengan tulisan “لا إله إلا الله محمد رسول الله” (Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah) dan “كتائب القسام” (Brigade Al Qassam).
Ikat kepala tersebut kini menjadi populer di Yaman, terutama di wilayah yang dikuasai oleh Houthi, kelompok pemberontak Syiah yang berperang melawan pemerintah yang didukung oleh koalisi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Houthi menganggap Hamas sebagai sekutu dan saudara seiman yang berjuang melawan penjajahan Israel.
Menurut laporan media lokal, banyak pejuang Houthi yang membeli atau membuat sendiri ikat kepala Abu Ubaidah dan menggunakannya saat bertempur atau berdemonstrasi.
Ikat kepala tersebut dianggap sebagai simbol perlawanan dan kebanggaan bagi mereka.
Salah satu pejuang Houthi yang mengenakan ikat kepala Abu Ubaidah mengatakan bahwa ia merasa terinspirasi oleh perjuangan Hamas dan ingin menunjukkan solidaritasnya.
“Kami menghormati dan mengagumi Abu Ubaidah dan Brigade Al Qassam yang berani menghadapi Israel. Kami ingin meniru mereka dan mengekspresikan dukungan kami kepada mereka,” katanya.
Sementara itu, seorang penjual ikat kepala di ibu kota Yaman, Sanaa, mengatakan bahwa permintaan akan ikat kepala Abu Ubaidah meningkat secara signifikan dalam beberapa minggu terakhir.
Ia mengklaim bahwa ia bisa menjual ratusan ikat kepala per hari dengan harga sekitar 1.000 rial Yaman (sekitar Rp 28 ribu) per buah.
“Banyak orang yang datang ke toko saya untuk mencari ikat kepala Abu Ubaidah. Mereka mengatakan bahwa ikat kepala itu adalah lambang perlawanan dan martabat. Saya senang bisa berkontribusi dalam menyebarkan semangat itu,” katanya.
Hamas dan Houthi memiliki hubungan yang cukup dekat, meskipun berada di wilayah yang berbeda. Kedua kelompok tersebut sama-sama mendapat dukungan dari Iran, musuh bebuyutan Israel dan Arab Saudi.
Hamas juga pernah mengirim delegasi ke Yaman untuk bertemu dengan pemimpin Houthi dan membahas isu-isu regional.
Namun, hubungan antara Hamas dan Houthi juga pernah mengalami ketegangan, terutama ketika Hamas mengutuk serangan udara Arab Saudi yang menewaskan ratusan warga sipil di Yaman pada 2015.
Houthi menuduh Hamas sebagai pengkhianat dan antek Arab Saudi. Namun, kedua pihak kemudian berdamai dan menyatakan komitmen untuk menjaga persatuan Islam.