jfid – Pada hari Kamis, 9 November 2023, dunia dikejutkan oleh pernyataan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak berencana untuk menduduki atau memerintah Gaza. Meski begitu, ia tetap menolak gencatan senjata di Gaza.
“Gencatan senjata dengan Hamas berarti menyerah,” kata Netanyahu kepada Fox News. Pernyataan ini menunjukkan sikap keras Israel terhadap Hamas, kelompok yang telah menyerbu melintasi perbatasan dari Gaza pada tanggal 7 Oktober.
Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas setelah serangan tersebut.
Serangan Hamas tersebut menewaskan 1.400 orang menurut pejabat Israel. Sementara itu, Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas menyebut jumlah korban tewas akibat serangan Israel menjadi 10.812 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil dan banyak di antaranya adalah anak-anak.
Netanyahu juga berbicara tentang rencananya untuk masa depan Gaza. Menurutnya, wilayah tersebut harus “didemiliterisasi, dideradikalisasi, dan dibangun kembali”.
Dia juga menyebutkan bahwa pasukan Israel harus tetap siap untuk masuk kembali ke Gaza untuk mencegah munculnya entitas seperti Hamas.
Netanyahu menolak penawaran untuk gencatan senjata selama lima hari dengan kelompok militan Palestina di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan beberapa sandera yang ditahan di wilayah tersebut pada awal perang.
Pernyataan Netanyahu ini menunjukkan bahwa situasi di Gaza masih jauh dari kata damai. Meski tidak ingin menduduki Gaza, Israel tampaknya masih belum menemukan solusi yang tepat untuk mengakhiri konflik ini.
Dengan penolakan gencatan senjata dan rencana untuk “didemiliterisasi, dideradikalisasi, dan dibangun kembali”, tampaknya masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang masa depan Gaza.