jfid – Singapore, negara kecil yang terletak di ujung selatan Semenanjung Malaya, mungkin tidak terlihat seperti sebuah kekuatan militer. Namun, dibalik ukurannya yang mungil, tersembunyi sebuah kekuatan yang mengagumkan.
Singapore adalah negara nomor dua di dunia dalam hal “global militarization”, menurut Indeks Global Militarization 2020 yang dirilis oleh Institut Internasional untuk Konversi Penelitian Perdamaian Bonn (BICC).
Indeks ini mengukur tingkat militarisme suatu negara dengan membandingkan pengeluaran militer, personel militer, dan persenjataan dengan populasi, produk domestik bruto (PDB), dan kesehatan.
Singapore memiliki anggaran pertahanan sebesar 11,12 miliar dolar AS pada tahun 2021, meningkat 11,39 persen dari tahun sebelumnya. Anggaran ini setara dengan 2,98 persen dari PDB negara, yang merupakan salah satu yang tertinggi di Asia.
Singapore juga memiliki jumlah personel militer yang besar, dengan sekitar 72.000 tentara aktif dan 312.000 tentara cadangan. Selain itu, Singapore memiliki persenjataan yang canggih dan modern, termasuk jet tempur, tank, kapal selam, dan rudal.
Singapore juga merupakan salah satu negara terbesar di dunia dalam hal impor senjata, dengan Amerika Serikat, Prancis, dan Israel sebagai pemasok utamanya .
Lalu, mengapa Singapore begitu militan? Jawabannya terletak pada sejarah dan geopolitik negara tersebut. Singapore adalah negara yang baru merdeka pada tahun 1965, setelah dipaksa keluar dari Federasi Malaysia.
Singapore merasa rentan dan terancam oleh tetangga-tetangganya yang lebih besar dan lebih kuat, terutama Malaysia dan Indonesia, yang memiliki populasi mayoritas Muslim dan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Singapore juga menghadapi tantangan keamanan regional, seperti sengketa perbatasan, terorisme, dan persaingan antara kekuatan besar.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, Singapore memutuskan untuk membangun angkatan bersenjata yang kuat dan profesional, dengan mengadopsi model Israel. Singapore mendapatkan bantuan dari Israel dalam hal pelatihan, doktrin, dan peralatan militer, sejak tahun 1966.
Israel juga menjadi salah satu mitra strategis terpenting Singapore, meskipun hubungan mereka dijaga dengan rendah hati untuk menghindari reaksi negatif dari negara-negara Muslim.
Singapore dan Israel secara resmi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1969, meskipun hubungan tidak resmi dan diam-diam sudah terjalin beberapa tahun sebelumnya.
Hubungan antara Singapore dan Israel sangat erat dan ramah selama lebih dari setengah abad, yang dipengaruhi oleh kesamaan situasi geopolitik mereka, sebagai negara-negara kecil yang dikelilingi oleh tetangga-tetangga yang bermusuhan dengan keberadaan mereka.
Kedua negara memiliki kerjasama yang luas di bidang pertahanan, perdagangan, teknologi, kesehatan, budaya, dan pariwisata.
Pada tahun 2022, Singapore membuka kedutaan besar di Tel Aviv, setelah 57 tahun menjalin hubungan, sebagai tanda dari dampak positif Perjanjian Abraham, yang merupakan kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab.
Singapore, Israelnya ASEAN, adalah contoh dari sebuah negara yang mampu mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dengan mengandalkan kemampuan militer dan diplomasi.
Singapore menunjukkan bahwa ukuran bukanlah segalanya, tetapi kesiapan dan keterampilan yang menentukan.
Singapore juga menunjukkan bahwa hubungan dengan Israel tidak harus menjadi halangan, tetapi bisa menjadi peluang, untuk memajukan kepentingan nasional dan regional. Singapore, Israelnya ASEAN, adalah sebuah negara yang patut dihormati dan ditiru.