jfid – Seorang aktivis pro-Palestina asal Inggris, Lauren Booth, memberikan respons cerdas dan tegas kepada seorang pendukung Israel yang menuduhnya sebagai anti-Semit. Respons tersebut dikatakan saat dia diundang ke podcast Toward Eternity. Booth, yang juga merupakan saudara ipar mantan perdana menteri Inggris Tony Blair, mengatakan bahwa ia tidak membenci orang Yahudi, tetapi membenci kebijakan Israel yang menindas dan membunuh rakyat Palestina.
Booth menjelaskan bahwa ia telah mengunjungi Palestina dan menyaksikan sendiri penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh warga Palestina akibat penjajahan Israel. Ia juga menantang pendukung Israel untuk datang ke Palestina dan melihat kenyataan di lapangan.
Booth mengaku bahwa ia mendapat banyak ancaman dan hinaan dari para pendukung Israel karena sikapnya yang membela Palestina. Namun, ia tidak takut dan tetap berkomitmen untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan bagi Palestina.
Booth mengajak semua orang untuk bersama-sama mendukung perjuangan Palestina dan menentang kekejaman Israel. Ia juga mengkritik pemerintah Inggris yang masih menjalin hubungan baik dengan Israel meskipun telah banyak bukti pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara Zionis tersebut.
Berikut ini adalah transkrip wawancaranya:
Aku mendapatkan pesan, aku berkabar dengan beberapa keluarga. Sekarang dia bilang sebaliknya. Mereka melihat bayi-bayi yang kulitnya terkelupas, ibu-ibu yang tangan-nya dipotong, dan orang-orang dibakar sampai mati.
Tidak ada air yang masuk, dan tidak ada pencahayaan. Israel telah melakukan kejahatan perang, memutus aliran listrik, internet terputus-putus. Mereka tak tahu apakah keluarganya masih hidup atau tidak.
Sebagai seorang jurnalis, kamu sudah sering bersama mereka. Kamu berkesempatan melihat peristiwa ini dari kedua sisi. Banyak informasi media mengenai masalah ini, tapi bisakah kamu ceritakan yang sebenarnya terjadi di sana saat ini?
Yang terjadi sekarang adalah perjuangan orang-orang Palestina, khususnya di Gaza, yang sudah berlangsung bukan selama 50 bulan, bukan 50 minggu, tapi 50 tahun. Ini bukan konflik 10 hari, bukan 2 minggu, bukan baru dimulai seminggu yang lalu.
Era penderitaan yang berkepanjangan bagi rakyat Palestina. Sumber daya mereka dan tanah mereka dirampas dengan jahat oleh para Zionis. Dan zionisme, itu menurutku cara yang tidak etis mendominasi suatu populasi.
Jadi bukan hal baru. Aku bicara dengan temanku Yaseh tadi malam. Dia di Kota Gaza. Semoga Allah melindunginya, melindungi keluarganya, dan semua saudara-saudari kita. Amin. Dan aku bertanya, “Kamu di mana?” Dia bilang, “Kami berada di luar rumah.” Lalu aku tanya, “Bagaimana kabar anak-anak?” Dia punya dua putra yang masih kecil.
Dia bilang, “Ya Allah, mereka sedang berjuang. Mereka masih bayi, mereka masih anak-anak kurang dari 10 tahun.” Dia bilang, “Saat aku melihat mereka, mereka seharusnya sedang mengerjakan PR atau main di taman atau di bundaran, berlarian di taman bermain, bersenang-senang.”
Dia bilang, “Sebaliknya, mereka melihat bayi-bayi yang kulitnya terkelupas, ibu-ibu yang tangan-nya dipotong, dan orang-orang dibakar sampai mati. Apakah ini masa kecil yang layak?” Aku ingin kamu bayangkan sejenak, tidak ada air yang masuk. Ya kan, mereka minum seteguk demi seteguk. Sekarang, oh, aku sudah minum tiga teguk hari ini. Aku sudah minum segelas air hari ini, hanya segitu saja.
Kemudian, tidak ada pencahayaan. Israel telah melakukan kejahatan perang, memutus aliran listrik, internet terputus-putus. Mereka tak tahu apakah keluarganya masih hidup atau tidak. Kemudian mereka disuruh keluar dari rumah. Aku tahu keluarga-keluarga yang tadi malam tidur di jalanan, bahkan ledakan bom pun terus terjadi. Subhanallah.
Aku mendapatkan pesan. Aku berkabar dengan beberapa keluarga sekarang, dan pesannya, “Doakan kami. Ini mungkin hari terakhirku.” Muhammad Azzur, dia sudah kehilangan kakinya akibat serangan rudal Israel 10 tahun lalu.
Dia pemain basket, pemain basket profesional dengan kursi roda. Dia berkata, “Ini mungkin hari terakhir kami. Doakan kami.” Ada orang tua di jalan yang bilang mereka menyebarkan selebaran di rumah mereka. “Kami tidak akan pergi.”
Lalu aku punya teman yang bilang, “Apa kabarmu? Bagaimana kondisimu?” Apakah kamu baik-baik saja? Dan, “Ya Allah.” Itulah yang membuat hatiku hancur, itulah yang membuatku terharu karena mereka, mereka punya iman yang cukup kuat untuk bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja?” Aku duduk di sini, di Istanbul, dalam keadaan nyaman. Tapi keimanan mereka, peduli pada umat. Apakah kita sebagai umat peduli dengan mereka?
Banyak orang di Barat, termasuk selebriti seperti Justin Bieber, memposting pesan dukungan untuk Israel. Ada juga yang bilang, “Hamas telah membantai warga sipil, itulah sebabnya Israel menyerang, mereka hanya membela diri.” Apakah seperti itu?
Justin Bieber dan orang-orang seperti ini, diamlah. Tutup mulutmu, bahkan jangan ucapkan kata Palestina. Kata-kata itu hanya keluar dari bibir mereka karena mereka tidak memahami situasinya. Jadi siapapun yang tidak tahu perjuangan rakyat Palestina, kamu bahkan tidak punya hak untuk berkomentar tentang apa yang sedang terjadi, karena kamu tidak tahu rasa sakit yang harus dialami oleh mereka.
Subhanallah, kepada para selebritis yang tidak tahu apa-apa tentang orang-orang di kafe, orang-orang di Barat berbicara melalui internet. Para penghujat ini, bukan waktumu. Diamlah.
Semisal kalau aku datang ke rumahmu, auzubillah, kalau aku masuk ke rumahmu, pukul istrimu, bunuh anak-anakmu, dan usir kamu dari rumahmu bertahun-tahun kemudian, kamu dobrak pintu dan masuk. Lalu yang di dalam rumah berkata, “Ini rumahku.” Siapa yang membela apa? Di sini, bukan membela diri. Kalau kamu menduduki wilayah orang lain, ketika kamu sengaja dan terus-menerus membunuh orang, dan merampas hak asasi manusia mereka, ini bukan pembelaan diri.
Memang, itulah yang mereka inginkan selama ini. Netanyahu berdiri beberapa minggu yang lalu di Uni Eropa atau PBB, dan Netanyahu berdiri di hadapan PBB beberapa minggu yang lalu dengan peta yang sepenuhnya menghapus keberadaan warga Palestina sama sekali. Inilah alasan mereka melakukannya.
Mereka memang sudah punya rencana ini. Inilah yang ingin mereka lakukan. Kalau kamu lihat kata-kata menjijikan keluar dari media berita Israel, dari politisi Zionis, mereka dan dari mereka yang disebut sebagai pendukung Israel, kamu akan lihat, “Musnahkan orang-orang Palestina. Bunuh anak-anak mereka, rampas tanah mereka, buat mereka menderita, usir ke Mesir.” Tujuan mereka sangat-sangat jelas. Itu bukan pembelaan diri, memang itulah yang mereka inginkan.
Selama ini, mereka tidak ingin umat Kristen atau Muslim di sana. Dan kita harus sangat jelas mengenai hal itu, karena mereka memperjelasnya. Aku pernah ke Beit Hanoun beberapa tahun yang lalu, dan aku mengunjungi sebuah keluarga yang tinggal di kawat berduri perbatasan palsu yang dipasang rezim Israel di sana. Dan menurutku itu seperti garasi.
Mereka sebenarnya tinggal di garasi. Jadi apapun bentuk garasimu, tiga kali lebih buruk. Itulah yang dialami keluarga 12 orang ini. Dan ibu itu memperkenalkanku kepada anak-anaknya, dan Yasin kecil, dia mengalami luka bakar fosfor putih di seluruh kakinya, mengerikan. Putranya yang lain, 16 tahun, menderita luka yang masih segar dari peluru penembak citu Israel, karena dia mengumpulkan sampah untuk dijual.
Dan ada seorang gadis kecil. Dia hanya melakukan ini. Dia bilang dia belum berbicara sejak perang terakhir. Dia mengalami shell shock atau gangguan stres pasca trauma, dan terus berlanjut seperti itu. Kemudian, azan berkumandang. Aku seorang muslim, saat itu tahun 2012, aku ke ruang belakang dan mulai menangis. Allah, jangan lakukan ini, ya Allah. Aku tidak tahu, tolong bantu mereka.
Dan ibu itu masuk, dan dia meletakkan tangannya di bahunya. Dia bilang, “Sayang, kenapa kamu menangis?” Aku berkata, “Aku menangis untukmu. Aku benci ini, aku benci ini untukmu, dan aku benci karena tidak bisa berbuat apa-apa.” Dia bilang, “Jangan menangis untuk kami. Kami sangat bahagia, karena kami punya Allah. Dan kami tahu, kalau kami tabah, Allah akan memberi kami surga. Alhamdulillah.”
Sayangnya, sebagai umat Islam, kita hanya bisa menyaksikan peristiwa ini dari rumah. Apa yang ingin kamu katakan kepada muslim yang bertanya, “Apa yang bisa aku lakukan?” Karena tayangan sekarang penuh dengan kematian, bayi yang dipenggal oleh roket Israel, cerita dan kesedihan ibu dan ayah yang sekarat mengeluarkan darah di pinggir jalan, karena tidak ada lagi tempat tidur, kita lihat seluruh wilayah hancur, dan asap memenuhi udara, orang-orang menangis, melarikan diri.
Jangan putus asa. Allah beserta orang-orang yang beriman. Kita ingat Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah peperangan yang terkenal. Ketika beliau dibawa ke atas gunung dengan beberapa pengikutnya, dan musuh mengejeknya dan berkata,
“Lihat berapa banyak petarung terkenalmu yang tewas, dan teman serta keluargamu.” Dan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam berkata, “Beritahu mereka, inilah perbedaannya. Jenazah kami berada di surga, dan jenazah mereka berada di jahanam.”
Kemudian, yang Allah katakan kepada kita dalam Al-Qur’an, “Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhan, yang mendapat rezeki.”
Dan aku melihatnya dari saudara di sana yang bicara langsung kepadaku. Para syahid, mereka lihat teman-teman mereka 7 tahun setelah mereka dikubur, masih segar seperti baru kemarin.
Baunya harum. Ya Allah, saudara-saudari, orang-orang Palestina melihat malaikat. Pada perang lain, ada teman yang menelponku dan bilang, “Saudaraku, andai saja kamu ada di sini.” Dan aku bilang, “Mengapa kamu ingin aku berada dalam serangan bom?”
Aku sayang padamu, tapi dia bilang, “Ya Allah, karena Rahmat telah turun, dan para malaikat bersama kita.” Subhanallah, keajaiban terjadi. Percayalah pada Allah. Hasbunallahu wa ni’mal wakeel. Dan kuatkan hati kita. Sekarang bukan waktunya menangis, sekarang waktunya untuk tabah. Ya Allah, di dalam kamus setelah kata tabah, seharusnya ada satu kata, Palestina. Jadi mari kita ingat saudaraku saat ini. Oke, setan ingin kita merasa putus asa.
Setan ingin kita merasa seperti itu. Tidak, tidak, tidak, tidak. Islam tidak seperti itu. Simpan ponselmu. Pergilah ke sajadahmu dan duduklah di sana. Tidak masalah jika bukan waktu salat. Ucapkan, “Ya Rahman, ya Rahim, ya Salam.
Ya Allah, kemenangan bagi orang-orang yang tertindas. Kemenangan bagi penyembahmu. Kemenangan bagi hambamu. Ya Allah, berkahi mereka semua. Allah, berkati mereka. Berzikirlah. Kuatkan hatimu melalui zikir. Allah binasakan para penindas. Allah berkahi warga Palestina dengan kemenangan. Amin.