Ankara dan Istanbul: Dua Wajah Berbeda dari Sejarah dan Identitas Turki

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
4 Min Read
Ankara Dan Istanbul: Dua Wajah Berbeda Dari Sejarah Dan Identitas Turki
Ankara Dan Istanbul: Dua Wajah Berbeda Dari Sejarah Dan Identitas Turki
- Advertisement -

jfid – Ankara, yang saat ini memegang mahkota sebagai ibu kota Turki, mungkin tidak begitu gemilang sepopuler Istanbul, sang megastar Turki yang memikat hati dunia dengan pesonanya.

Istanbul, dengan segala kemegahannya, membawa kita melintasi jalan-jalan sejarah yang memukau, dari masa kejayaan Kekaisaran Romawi Timur hingga gemerlapnya zaman Ottoman.

Namun, pada tahun 1923, sebuah babak baru dimulai dalam cerita dua kota ini. Ankara, dengan gemilangnya, menggantikan Istanbul sebagai pusat pemerintahan Turki.

Pergantian ini bukanlah sekadar perubahan lokasi di peta, melainkan refleksi dari perubahan dramatis yang mengguncang Turki pasca Perang Kemerdekaan Turki dan runtuhnya Kekaisaran Ottoman.

Ad image

Perang ini adalah tanduk perlawanan rakyat Turki terhadap cengkeraman Sekutu dan upaya memecah-belah negara mereka pasca Perang Dunia I.

Dipimpin oleh sang negarawan ulung, Mustafa Kemal Ataturk, gerakan nasionalis Turki berhasil mengusir penjajah dan membuka lembaran baru Republik Turki pada 29 Oktober 1923.

Ataturk, sosok besar yang kemudian menjadi presiden pertama Republik Turki, membawa visi modernisme dan sekularisme. Ia melihat perlunya memisahkan negara dari bayang-bayang monarki dan agama yang pernah menguasai Ottoman.

Salah satu langkah konkrit yang diambilnya adalah memindahkan ibu kota dari Istanbul ke Ankara. Mengapa Ankara dipilih sebagai ibu kota yang baru?

Pertama, secara geografis, Ankara memiliki posisi yang strategis dan lebih aman dari ancaman musuh. Istanbul, terletak di pesisir barat Turki, sangat rentan terhadap serangan dari darat dan laut, serta pengaruh asing yang mengintai. Sementara itu, Ankara, berada di pusat Anatolia, dikelilingi oleh pegunungan yang menjaganya dari gangguan luar.

Kedua, Ankara menjadi basis perlawanan nasionalis di bawah komando Ataturk. Kota ini adalah markas besar Tentara Besar Nasional Turki yang gagah berani, yang berjuang mati-matian melawan Sekutu dan pemberontak dalam negeri.

Di sini juga berdiri kokoh Majelis Agung Nasional Turki, parlemen yang mewakili suara rakyat Turki. Dari Ankara, Ataturk mengoordinasikan perjuangan kemerdekaan dan merencanakan reformasi-reformasi besar negara.

Ketiga, dengan memilih Ankara sebagai ibu kota baru, Ataturk ingin mengakhiri keterikatan dengan masa lalu Ottoman, yang dipandangnya sebagai lambang kejatuhan dan korupsi.

Istanbul mungkin memiliki keindahan yang memikat, tetapi juga menyimpan sejarah kejayaan dan kemunduran Ottoman.

Dengan memilih Ankara, Ataturk ingin menegaskan bahwa Turki telah memasuki babak baru yang lebih maju dan progresif, menjauh dari bayang-bayang masa lalu yang kelam.

Pemindahan resmi ibu kota diumumkan oleh Majelis Agung Nasional Turki pada 13 Oktober 1923. Peristiwa ini menjadi salah satu bagian dari Reformasi Ataturk, yang membawa berbagai perubahan signifikan dalam politik, sosial, ekonomi, dan budaya Turki.

Di antara reformasi-reformasi tersebut termasuk penggantian aksara Arab dengan aksara Latin, penghapusan gelar kehormatan dan sistem feodalisme, memberikan hak pilih dan hak politik kepada perempuan, serta pengembangan pendidikan dan industri.

Meskipun hampir seabad telah berlalu sejak pemindahan ibu kota, dampaknya masih terasa hingga saat ini. Ankara terus bersinar sebagai pusat pemerintahan dan administrasi Turki, dan juga sebagai tempat suci yang menyimpan makam Ataturk, sosok pahlawan yang membawa Turki ke arah kemajuan.

Istanbul tetap menjadi pusat kehidupan ekonomi, budaya, pariwisata, dan sejarah Turki, mengulang kisah kejayaan yang tak pernah pudar. Kedua kota ini, meskipun berbeda dalam peran dan karakter, tetap menyatu dalam identitas dan warisan yang menjadikan Turki begitu memukau dan kaya akan cerita.

- Advertisement -
Share This Article