Ashkelon, Kota yang Terancam oleh Hamas

Rasyiqi
By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
5 Min Read
- Advertisement -

jfid – Ashkelon adalah sebuah kota pelabuhan di Israel selatan, yang berjarak sekitar 13 kilometer dari Jalur Gaza.

Kota ini memiliki sejarah panjang yang mencakup berbagai peradaban, mulai dari Kanaan, Asyur, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Bizantium, Arab, Salibis, Mamluk, Ottoman, Inggris, hingga Israel.

Kota ini juga dikenal sebagai tempat kelahiran Herodes Agung, raja yang memerintah Yudea pada zaman Yesus Kristus.

Namun, kota ini juga menjadi sasaran serangan roket dan rudal dari Hamas, kelompok militan Palestina yang menguasai Jalur Gaza sejak 2007.

Ad imageAd image

Hamas menganggap Israel sebagai musuh yang harus dihancurkan dan tidak mengakui haknya untuk eksis.

Hamas juga menuntut penghentian blokade Israel terhadap Gaza dan pembebasan tahanan Palestina.

Pada tanggal 10 Oktober 2023, juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Ubaida, mengeluarkan peringatan kepada warga Ashkelon untuk meninggalkan kota tersebut sebelum pukul 5 sore waktu setempat.

Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang ancamannya. Peringatan ini merupakan balasan atas serangan udara Israel yang menargetkan posisi militer Hamas di Gaza²l. Serangan udara Israel itu sendiri merupakan respons atas peluncuran ratusan roket dan rudal dari Gaza ke Israel selatan oleh Hamas.

“Kami tidak takut”

Salah satu narsumber adalah David Cohen, seorang guru bahasa Inggris di sebuah sekolah menengah di Ashkelon. Ia mengatakan bahwa ia dan keluarganya tidak takut dengan peringatan Hamas.

“Kami sudah terbiasa dengan ancaman seperti ini. Kami tidak akan pergi dari rumah kami hanya karena mereka mengatakan begitu. Kami percaya pada sistem pertahanan Iron Dome yang bisa menangkis roket-roket mereka. Kami juga memiliki tempat perlindungan di rumah dan di sekolah jika ada serangan,” katanya.

David menambahkan bahwa ia tidak membenci orang-orang Palestina, tetapi ia mengecam tindakan Hamas yang membahayakan nyawa warga sipil.

“Kami tahu bahwa tidak semua orang Palestina mendukung Hamas. Kami tahu bahwa banyak dari mereka juga menderita akibat blokade dan kemiskinan. Kami ingin hidup damai dengan mereka. Tetapi kami tidak bisa menerima bahwa Hamas menggunakan mereka sebagai tameng manusia dan meluncurkan roket dari daerah padat penduduk. Itu adalah kejahatan perang,” ujarnya.

“Kami khawatir”

Sarah Levi, seorang ibu rumah tangga yang memiliki tiga anak usia sekolah. Ia mengatakan bahwa ia khawatir dengan keselamatan keluarganya dan teman-temannya.

“Kami selalu waspada setiap saat. Kami selalu mendengarkan sirene peringatan dan siap untuk berlari ke tempat perlindungan. Kami selalu memeriksa ponsel kami untuk mendapatkan informasi terbaru. Kami selalu berdoa agar tidak ada yang terluka atau tewas,” katanya.

Sarah juga mengatakan bahwa ia merasa stres dengan situasi yang tidak menentu.

“Kami tidak tahu kapan ini akan berakhir. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa. Kami tidak bisa merencanakan apa-apa. Kami tidak bisa bepergian atau bersenang-senang. Kami hanya bisa bertahan dan berharap agar ada perdamaian,” ujarnya.

“Kami berusaha normal”

Narasumber lainnya adalah Amir Katz, seorang pemilik toko buku di pusat kota Ashkelon. Ia mengatakan bahwa ia berusaha menjalankan bisnisnya seperti biasa meskipun ada ancaman dari Hamas.

“Kami tidak mau menyerah kepada teror. Kami tidak mau memberi mereka kepuasan bahwa mereka bisa mengganggu kehidupan kami. Kami tetap membuka toko kami dan melayani pelanggan kami. Kami tetap menjual buku-buku yang bisa memberi mereka hiburan dan pengetahuan. Kami tetap optimis bahwa ada masa depan yang lebih baik,” katanya.

Amir juga mengatakan bahwa ia memiliki banyak pelanggan yang berasal dari berbagai latar belakang dan agama.

“Kami tidak membeda-bedakan siapa pun. Kami menyambut semua orang yang mencintai buku dan budaya. Kami memiliki pelanggan yang beragama Yahudi, Kristen, Muslim, Bahai, dan lain-lain. Kami juga memiliki pelanggan yang berasal dari Gaza, yang datang ke sini untuk belanja atau bekerja. Kami menghormati mereka sebagai manusia dan saudara,” katanya.

Ashkelon adalah sebuah kota yang terancam oleh Hamas, tetapi juga sebuah kota yang penuh dengan kehidupan dan harapan. Warga Ashkelon memiliki cara-cara yang berbeda untuk menghadapi ancaman tersebut, mulai dari tidak takut, khawatir, hingga berusaha normal. Mereka juga memiliki pandangan-pandangan yang berbeda tentang konflik Israel-Palestina, tetapi mereka bersatu dalam keinginan untuk hidup damai dan sejahtera.

- Advertisement -
TAGGED:
Share This Article