jfid – Serangan roket yang dilancarkan oleh kelompok militan Palestina Hamas dari Jalur Gaza ke Israel pada Sabtu (7/10/2023) pagi mengejutkan dunia. Serangan tersebut menandai berlanjutnya konflik kedua pihak sejak mereka terlibat perang 11 hari pada Mei 2021 lalu.
Hamas mengatakan, pihaknya telah menembakkan 5.000 roket, yang disebut sebagai respons atas kekejaman yang dirasakan rakyat Palestina selama beberapa tahun ke belakang. Serangan yang diluncurkan militan Palestina Hamas terhadap Israel kemudian mengundang perhatian dan reaksi dunia internasional.
Roket Dari Gaza ke Tel Aviv Bertubi-Tubi
Serangan roket Hamas dimulai sekitar pukul 06.35 waktu setempat, ketika sirene pertama memperingatkan adanya roket yang masuk di Israel tengah dan selatan. Ini adalah awal dari Hamas yang menembakkan ribuan roket ke Israel, bahkan menyerang kota-kota besar seperti Tel Aviv dan Yerusalem.
Muhammad Deif, pemimpin sayap militer Hamas, mengatakan dalam pesan yang direkam bahwa kelompok tersebut telah memutuskan untuk melancarkan apa yang disebutnya “operasi” sehingga “musuh akan memahami bahwa masa mengamuk mereka tanpa akuntabilitas telah berakhir.”
Tidak hanya dari udara, Hamas juga menyerang Israel dari darat dan laut. Pasukan Pertahanan Israel mengkonfirmasi bahwa Hamas telah menyeberang dari Gaza ke Israel selatan. Pihak berwenang Israel meminta penduduk kota-kota tersebut, termasuk Sderot, untuk bersembunyi di rumah mereka.
Hamas juga menggunakan paralayang untuk menyusup ke wilayah Israel dan meledakkan diri di dekat pangkalan militer. Selain itu, Hamas juga mengirimkan gelombang militan melintasi perbatasan ke Israel selatan, di mana mereka mengambil alih pangkalan dan menyandera sejumlah orang.
Menurut laporan media Israel, serangan roket Hamas telah menewaskan sedikitnya 300 orang dan melukai ribuan lainnya di Israel. Sementara itu, otoritas Gaza merilis jumlah korban tewas sebanyak 198 orang dan korban luka sebanyak 1.788 orang akibat serangan balasan Israel.
Israel melakukan serangan ke wilayah Gaza setelah sekelompok milisi Hamas menyelinap ke Israel dan melancarkan serangan besar secara mendadak. Menurut keterangan dari tentara Israel, serangan darat, udara, dan laut yang dilakukan oleh Hamas itu menyebabkan sekitar 250 warga Israel tewas.
Israel mengumumkan keadaan waspada perang, yang secara efektif memanggil sebanyak mungkin pasukan cadangan. Jet tempur Israel menyerang sasaran pertama di Gaza sekitar pukul 10.34 waktu setempat.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel sedang “berperang” dan bersumpah bahwa Hamas, penguasa Gaza, akan “membayar harga yang belum pernah diketahui.”
Dari Perang ke Perdamaian? Reaksi Dunia Internasional
Serangan roket Hamas-Israel ini telah memicu reaksi beragam dari dunia internasional. Beberapa negara menyatakan dukungan kepada salah satu pihak, sementara yang lain menyerukan penghentian permusuhan dan dialog damai.
Di antara negara-negara yang mendukung Palestina adalah Türkiye, Malaysia, Iran, Lebanon, Suriah, Spanyol, Afrika Selatan, dan Thailand. Mereka mengutuk serangan Israel terhadap Gaza dan mengecam pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh negara Yahudi tersebut.
Presiden Türkiye Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa negaranya akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina dan mendesak dunia untuk bersatu melawan “terorisme Israel”. Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan bahwa negaranya akan mengirimkan bantuan medis dan makanan ke Gaza dan menyerukan sidang darurat Dewan Keamanan PBB.
Di sisi lain, negara-negara yang mendukung Israel adalah Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, India, dan Australia. Mereka menegaskan hak Israel untuk mempertahankan diri dari serangan roket Hamas dan menyerukan agar kelompok militan tersebut menghentikan provokasi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa negaranya akan memberikan bantuan militer kepada Israel dan mengirimkan utusan khusus ke Timur Tengah untuk membantu menenangkan situasi. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa negaranya akan bekerja sama dengan sekutu-sekutunya untuk mendorong gencatan senjata secepat mungkin.
Sementara itu, beberapa negara dan organisasi internasional berusaha untuk menjadi mediator antara kedua belah pihak. Mesir, Qatar, Norwegia, dan PBB telah melakukan kontak dengan Hamas dan Israel untuk mencari jalan keluar dari krisis.
Menteri Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa blok tersebut siap untuk memfasilitasi dialog antara Palestina dan Israel. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa PBB akan terus berupaya untuk mengakhiri kekerasan dan memulihkan perdamaian.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Serangan roket Hamas-Israel ini telah menimbulkan pertanyaan tentang masa depan hubungan antara kedua pihak. Apakah serangan ini akan menjadi awal dari perang baru atau justru menjadi peluang untuk merundingkan solusi damai?
Beberapa analis mengatakan bahwa serangan ini merupakan bentuk eskalasi dari ketegangan yang telah lama berlangsung antara Palestina dan Israel. Mereka menilai bahwa serangan ini tidak akan berakhir dengan mudah, karena kedua pihak memiliki motif politik dan ideologis yang kuat.
Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh sebagian besar negara Barat, ingin menunjukkan kekuatan dan legitimasinya sebagai penguasa Gaza dan perwakilan rakyat Palestina. Hamas juga ingin menantang otoritas Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang telah menunda pemilu yang dijadwalkan pada Mei lalu.
Israel, yang dipimpin oleh Netanyahu yang sedang berjuang untuk mempertahankan jabatannya setelah gagal membentuk pemerintahan koalisi, ingin menunjukkan ketegasan dan komitmennya untuk melindungi keamanan negaranya. Israel juga ingin melemahkan Hamas dan menghancurkan infrastruktur militernya di Gaza.
Namun, beberapa analis lainnya mengatakan bahwa serangan ini juga dapat membuka pintu untuk dialog damai antara Palestina dan Israel. Mereka berpendapat bahwa serangan ini telah menimbulkan kesadaran tentang biaya manusia dan materiil yang harus ditanggung oleh kedua pihak.
Hamas, yang menyadari bahwa mereka tidak dapat menandingi kekuatan militer Israel, mungkin akan bersedia untuk menerima gencatan senjata jika mendapatkan konsesi politik atau kemanusiaan. Israel, yang menyadari bahwa mereka tidak dapat menghapus Hamas dari Gaza tanpa mengorbankan banyak nyawa sipil, mungkin juga akan bersedia untuk bernegosiasi jika mendapatkan jaminan keamanan.
Dalam hal ini, peran dunia internasional sangat penting untuk mendorong kedua belah pihak untuk duduk bersama dan mencari solusi damai. Dunia internasional harus memberikan tekanan yang seimbang kepada Palestina dan Israel agar menghormati hukum internasional dan hak asasi manusia.
Dunia internasional juga harus memberikan bantuan yang memadai kepada rakyat Palestina dan Israel yang terkena dampak dari konflik. Dunia internasional harus mendukung upaya-upaya rekonsiliasi dan pembangunan kembali di Gaza dan wilayah-wilayah lainnya.
Serangan roket Hamas-Israel ini telah menjadi ujian bagi perdamaian di Timur Tengah. Apakah serangan ini akan menjadi akhir dari harapan atau justru menjadi awal dari dialog? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.