jfid – PKB adalah partai politik yang lahir dari rahim NU, organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. PKB didirikan oleh Gus Dur, tokoh karismatik yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PBNU.
Gus Dur menjadi Ketua Dewan Majelis Syuro PKB, sementara Cak Imin menjadi Ketua Umum PKB.
Namun, di balik kesuksesan PKB sebagai partai politik yang mampu meraih suara dan kursi signifikan di parlemen, tersimpan konflik internal yang mengancam keutuhan partai.
Konflik ini dipicu oleh perbedaan visi, misi, dan strategi antara kubu Cak Imin dan kubu Gus Dur dalam memimpin partai.
Kubu Cak Imin menginginkan PKB menjadi partai politik yang modern, profesional, dan pragmatis. Kubu ini juga ingin PKB berkoalisi dengan partai-partai lain yang mendukung pemerintahan SBY, yang saat itu populer di kalangan masyarakat.
Kubu Cak Imin berpendapat bahwa dengan cara ini, PKB dapat memperoleh keuntungan politik dan ekonomi.
Kubu Gus Dur menginginkan PKB menjadi partai politik yang independen, idealis, dan kritis. Kubu ini juga ingin PKB menjadi oposisi terhadap pemerintahan SBY, yang saat itu dianggap tidak pro-rakyat.
Kubu Gus Dur berpendapat bahwa dengan cara ini, PKB dapat menjaga idealisme dan integritas partai.
Konflik internal PKB mencapai puncaknya pada 2008, ketika kubu Cak Imin menggelar MLB Ancol di Jakarta Utara. MLB Ancol adalah rapat tertinggi partai yang dihadiri oleh perwakilan dari seluruh daerah.
Dalam MLB Ancol tersebut, kubu Cak Imin berhasil mengambil alih kepemimpinan PKB dari Gus Dur dengan dukungan mayoritas peserta MLB.
Gus Dur tidak menghadiri MLB Ancol tersebut, karena merasa bahwa MLB itu tidak sah dan melanggar AD/ART partai. Gus Dur juga tidak mau mengakui hasil MLB Ancol tersebut, karena merasa bahwa dirinya telah dikhianati dan dilecehkan oleh kubu Cak Imin.
Gus Dur kemudian menyatakan bahwa dirinya tetap sebagai Ketua Dewan Majelis Syuro PKB yang sah.
MLB Ancol merupakan titik balik dalam sejarah PKB. MLB Ancol menimbulkan dampak dan konsekuensi yang besar bagi PKB sendiri, NU, dan politik nasional Indonesia.
Berikut adalah beberapa kemungkinan skenario yang dapat terjadi setelah MLB Ancol:
- PKB terpecah menjadi dua kubu. Kubu Cak Imin mengklaim sebagai PKB yang sah dan resmi, sementara kubu Gus Dur membentuk partai politik baru dengan nama lain. Kedua kubu ini akan bersaing dalam pemilu 2009, dengan mengusung calon presiden dan wakil presiden masing-masing. PKB kehilangan sebagian besar suara dan kursi di parlemen, karena terbagi menjadi dua kubu. NU juga terpecah menjadi dua kubu, yang masing-masing mendukung PKB atau partai baru Gus Dur.
- PKB tetap utuh sebagai satu partai politik. Kubu Cak Imin berhasil meyakinkan kubu Gus Dur untuk menerima hasil MLB Ancol sebagai keputusan final dan mengakhiri konflik internal. PKB mengusung Cak Imin sebagai calon presiden dan tokoh lain dari kubu Gus Dur sebagai calon wakil presiden dalam pemilu 2009. PKB mendapatkan suara dan kursi lebih banyak daripada pemilu sebelumnya, karena berhasil mempertahankan basis massa NU dan menarik simpati dari masyarakat luas. PKB juga memiliki peluang untuk menjadi partai pemenang pemilu atau setidaknya masuk dalam tiga besar partai terbesar di Indonesia.
- PKB bubar sebagai partai politik. Kubu Cak Imin tidak berhasil mengkudeta Gus Dur dari kepemimpinan PKB, karena mendapat penolakan keras dari kubu Gus Dur dan sebagian besar warga NU. Kubu Gus Dur juga tidak mau berdamai dengan kubu Cak Imin, karena merasa telah dikhianati dan dilecehkan. Kubu Cak Imin kemudian memutuskan untuk keluar dari PKB dan membentuk partai politik baru dengan nama lain. Kubu Gus Dur tetap bertahan di PKB, tetapi tidak mampu mengelola partai dengan baik. PKB dan partai baru Cak Imin tidak mendapatkan suara dan kursi yang signifikan di parlemen, karena terlalu lemah dan terpecah belah. PKB dan partai baru Cak Imin kemudian bubar sebagai partai politik, karena tidak mampu memenuhi syarat ambang batas parlemen.