jfid – Teknologi pengarsipan otak adalah bidang yang sedang berkembang dan melibatkan banyak metode yang berbeda untuk mengakuisisi, mengarsipkan, dan menganalisis data yang diperoleh dari sinyal otak. Beberapa metode akuisisi data yang digunakan termasuk EEG, NIRS, fMRI, dan PET.
Selain itu, terdapat kemajuan yang luar biasa dalam bidang genetika yang memungkinkan untuk menukar gen di dalam dan di luar otak untuk menghubungkannya dengan fungsi memori.
Tujuan akhir dari teknologi ini adalah untuk memahami bagaimana otak menciptakan ingatan dan apakah ingatan tersebut dapat dipertahankan setelah kematian.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ini adalah Nectome, sebuah organisasi penelitian yang didedikasikan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang memori.
Nectome merancang dan melakukan eksperimen untuk menemukan bagaimana otak secara fisik menciptakan ingatan.
Dan, mereka mengembangkan teknik preservasi biologis untuk lebih baik melestarikan jejak fisik ingatan. Namun, teknik preservasi ini tidaklah mudah dan tidak tanpa kontroversi.
Nectome menggunakan metode yang disebut aldehyde-stabilized cryopreservation (ASC), yang melibatkan pengaliran cairan kimia ke dalam otak seseorang yang masih hidup namun telah memilih untuk mengakhiri hidupnya secara sukarela.
Proses ini akan membunuh orang tersebut sekaligus mempertahankan struktur otaknya dalam keadaan beku.
Nectome berharap bahwa suatu hari nanti, teknologi ini akan memungkinkan untuk mengunggah ingatan seseorang ke dalam komputer atau bahkan menyalinnya ke dalam otak lain. Namun, hal ini masih sangat spekulatif dan belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya.
Bahkan, banyak ahli saraf yang meragukan bahwa ingatan dapat direduksi menjadi sekumpulan koneksi antara neuron yang disebut konektom. Mereka berpendapat bahwa ingatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti emosi, hormon, dan lingkungan.
Selain itu, teknologi pengarsipan otak juga menimbulkan banyak pertanyaan etis dan moral. Apakah benar-benar etis untuk membunuh seseorang demi tujuan penelitian?
Apakah orang tersebut benar-benar memberikan persetujuan yang sadar dan bebas?
Apakah ada hak privasi atau kepemilikan atas ingatan seseorang setelah ia meninggal? Apakah ada risiko penyalahgunaan atau eksploitasi data otak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?
Apakah ada implikasi sosial atau budaya dari kemungkinan mengubah atau menghapus ingatan seseorang? Apakah ada dampak psikologis atau spiritual dari kehilangan identitas atau kesadaran seseorang?
Teknologi pengarsipan otak adalah bidang yang menjanjikan tetapi juga berbahaya. Ia dapat memberikan harapan bagi mereka yang ingin melestarikan ingatan mereka atau belajar lebih banyak tentang otak mereka.
Tetapi ia juga dapat menjadi ancaman bagi martabat, hak, dan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk terlibat dalam diskusi dan debat tentang isu-isu ini sebelum terlambat.