jfid – Keluarga Besar Front Nelayan Indonesia (KB FNI) berbelasungkawa terhadap peristiwa tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402. “Kami sedih dan mengajak seluruh masyarakat pesisir maritim Indonesia untuk mengheningkan cipta serta mengirim doa kepada para prajurit TNI AL. Insha Allah syahid semua. Aamiin.”
Indonesia sebagai negara maritim yang berada di antara dua benua dan dua samudera, sudah seharusnya Indonesia membangun kekuatan pertahanan maritim yang kuat dan stabil.
Peristiwa tenggelamnya Kapal selam KRI Nanggala 402 dari tahun 1979 – 2021 cermin gagal Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dalam mereparasi alutsista pertahanan maritim.
Gagalnya Prabowo Subianto sebagai Menhan RI ini, catatan sejarah kelam alutsista pertahanan kedaulatan maritim Indonesia. Kedepan, hal yang diperlukan Menhan ini, harus segera lakukan peremajaan organ-organ dan komponen kapal selam angkatan laut Indonesia.
Kita berharap Menhan jangan berorientasi penambahan alutsista secara kuantitatif. Tetapi abai terhadap Quality control dengan alutsista yang ada.
Indonesia sebagai negara kepulauan sebagian besar wilayahnya merupakan lautan dan terletak di posisi silang cross continental sehingga harus fokus pada pertahanan kemaritiman.
Hal itu bisa dilakukan ketika perlengkapan peralatan pertahanan keamanan yang memadai dan didukung oleh kemampuan teknologi dan industri pertahanan yang mandiri.
Jadi Menhan Prabowo Subianto harus bekerja keras mengembalikan kepercayaan, kedaulatan dan pertahanan maritim Indonesia nomor Wahid di dunia. Jangan hanya memikirkan kepentingan politik Pilpres 2024.[]
Rusdianto Samawa
Ketua Umum Front Nelayan Indonesia (FNI) induk organisasi Masyarakat Nelayan Indonesia yang menyatakan sikap kritik:
- Asosiasi Nelayan Lobster Indonesia (ANLI)
- LBH Nelayan Indonesia (LBHNI)
- Paguyuban Nelayan Lanra Gilnet (PNLG)
- Kesatuan Nelayan Penyelam Indonesia (KNPI)