jfid – Kakek berusia 60 tahun (mbah Ennan), warga dusun Meddelan Barat, desa Meddelan, kecamatan Lenteng, kabupaten Sumenep, hidup memprihatinkan tanpa bantuan pemerintah. Baik program PKH, BNPT, KIS, apalagi prakerja dan Banpres UMKM.
Rumah kakek Ennan berukuran 7 x 5 meter dengan dua kamar tanpa kamar mandi. Disanalah sang kakek Ennan berlindung dari terik sinar matahari.
Kakek Ennan (60) bukanlah seorang pensiunan ASN atau pernah bekerja di perusahaan BUMN. Riwayat pekerjaannya, ia pernah merantau ke Kalimantan, sebagai pengrajin batu bata. Dengan usia yang semakin menua, Kakek Ennan akhirnya pulang kampung ke tanah kelahirannya.
Kakek Ennan, juga bukanlah seorang pengangguran dan peminta-minta bantuan. Di usianya yang semakin menua, ia memiliki kreativitas sebagai pengrajin Anyaman bambu (macam-macam wadah peralatan dapur).
Setiap harinya, kakek Ennan bisa memproduksi 1 sampai 2 Anyaman bambu. Satu Anyaman, ia jual ke pedagang, seharga Rp. 13.000. Dalam satu Minggu, kakek Ennan bisa menjual sampai 15 Anyaman.
“Jika tidak sakit, saya bisa buat sampai 15 Anyaman dalam 1 Minggu. Setiap hari saya buat 2 anyaman. Persatuannya dikulak pedagang seharga Rp. 13.000,” terang kakek Ennan pada jurnalfaktual.id, Jum’at (5/2/2021).
Kakek Ennan, mengaku jika Anyaman yang dibuatnya, terkadang masih dihutang pedagang (dibayar setelah Anyaman laku dijual pedagang).
Kakek Ennan Berjuang Menjalani Hidup di Tengah Pandemi
Kakek Ennan, yang tidak pernah tersentuh bantuan Pemerintah, dikarenakan persoalan administrasi kependudukan. Dirinya mengaku memiliki identitas KTP Kalimantan, sedangkan dirinya tinggal dan menetap di kampung halamannya di Madura.
“KTP Saya Kalimantan, dan tertinggal di Kalimantan. Saya tidak punya KTP. Saya tidak tau buat KTP,” ungkap Kakek Ennan.
Saat ditanya Kartu Keluarga (KK) kakek Ennan, mengaku jika tidak punya. Riwayat hidupnya, pernah menikah dengan orang Jawa dan meninggal di Kalimantan.
Kakek Ennan, seringkali meminum air jika tidak ada yang bisa dimakan. Dirinya mengaku, seringkali dibantu oleh saudara iparnya.
Jurnalfaktual.id, menelusuri dan mencari saudara ipar Kakek Ennan yang bernama Sadiri. Saat ditemui media ini, Sadiri mengaku, membantu dengan ala kadarnya, karena dirinya bukanlah orang yang berkecukupan.
“Saya bekerja sebagai tukang becak pak. Kadang dapat kadang tidak. Karena semua orang sudah punya sepeda motor. Becak, kini sudah jarang penumpang,” terang Sadiri, saudara ipar Kakek Ennan.
Laporan: Ach Junaidi