Jakarta, jurnalfaktual.id – Indonesia mencatatkan 133,4 juta serangan siber pada semester I tahun 2025. Data ini terungkap dalam riset terbaru bertajuk “Indonesia Waspada: Ancaman Digital di Indonesia Semester 1 Tahun 2025” yang dirilis oleh AwanPintar.id, sebuah platform intelijen ancaman siber nasional.
Menurut laporan tersebut, jenis serangan yang paling dominan adalah “Generic Protocol Command Decode”, yang mencapai 68,37% dari total serangan. Serangan ini umumnya digunakan peretas untuk menguji kerentanan sistem. Founder AwanPintar.id, Yudhi Kukuh, menjelaskan bahwa serangan terbanyak berasal dari kategori ini, yang menjadi indikasi awal upaya peretas untuk menguji keamanan sistem.
Meskipun angka ini signifikan, terdapat penurunan drastis dibandingkan semester I tahun 2024, di mana tercatat 2,49 miliar serangan siber. Penurunan ini disebabkan oleh momen Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia pada tahun 2024 yang memicu berbagai serangan terkait isu politik dan sosial. Namun, Yudhi menekankan bahwa penurunan ini tidak berarti Indonesia lebih aman, karena jenis serangan siber kini lebih canggih dan dirancang untuk mengelabui sistem.
Dari analisis geografis, mayoritas serangan siber berasal dari China (12,87%), diikuti oleh Indonesia (9,19%), Amerika Serikat (9,07%), Turki (7,53%), India (7,34%), dan Rusia (6,36%). Ini menunjukkan bahwa ancaman siber tidak hanya berasal dari luar negeri, tetapi juga dari dalam negeri, yang perlu menjadi perhatian serius.
Riset ini menyoroti pentingnya peningkatan kesadaran dan keamanan siber di Indonesia. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memperkuat pertahanan siber dan melindungi data serta infrastruktur penting dari serangan siber yang semakin kompleks dan berbahaya.