Bupati Sumenep Dorong Jamasan Keris Jadi Agenda Budaya Dunia

Deni Puja Pranata
3 Min Read
Bupati Sumenep Dorong Jamasan Keris Jadi Agenda Budaya Dunia (Ilustrasi)
Bupati Sumenep Dorong Jamasan Keris Jadi Agenda Budaya Dunia (Ilustrasi)
- Advertisement -

Sumenep, Jf.id – 3 Juli 2025 — Pemerintah Kabupaten Sumenep kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan warisan budaya leluhur. Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, mengusulkan agar ritual Jamasan Keris yang rutin digelar di Desa Aeng Tong-Tong dapat diangkat menjadi agenda budaya tingkat internasional.

Usulan ini disampaikan saat Bupati menghadiri langsung prosesi jamasan keris di desa yang dikenal sebagai pusat perajin keris nasional tersebut, Rabu (2/7). Dalam kesempatan itu, ia menyoroti pentingnya menjadikan budaya lokal sebagai bagian dari kekayaan dunia.

“Ritual jamasan ini bukan hanya tradisi tahunan, tetapi wujud nyata dari pelestarian budaya yang telah dilakukan masyarakat secara konsisten selama tiga tahun terakhir. Sudah saatnya tradisi ini kita kenalkan ke dunia,” ujar Bupati Fauzi.

Ad image

Prosesi jamasan keris di Desa Aeng Tong-Tong tidak hanya berisi ritual pembersihan dan perawatan keris, tetapi juga diiringi pemaparan sejarah keris, termasuk masa-masa sulit ketika keris sempat dilarang penggunaannya. Hal ini menjadi momen edukatif sekaligus pengingat bahwa keris bukan sekadar senjata, melainkan simbol filosofi, spiritualitas, dan identitas budaya bangsa.

Desa Aeng Tong-Tong sendiri telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Keris dan menjadi rumah bagi ratusan empu serta komunitas pembuat keris yang menjaga tradisi secara turun-temurun. Bupati Fauzi menilai peran masyarakat dalam menjaga tradisi tersebut sangat luar biasa dan layak mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat.

“Dedikasi masyarakat terhadap budaya sangat kuat. Mereka bukan sekadar menjaga keris sebagai benda, tapi juga melestarikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pemerintah pusat perlu hadir memberikan dukungan lebih konkret,” tegasnya.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap regenerasi empu muda, Bupati bahkan membeli langsung sebuah keris hasil karya pemuda berusia 20 tahun. Menurutnya, menghargai karya generasi muda adalah bagian dari upaya menjaga kesinambungan budaya.

“Yang saya lihat bukan pamornya, tapi siapa yang membuat. Kita harus bangga pada anak-anak muda yang mau belajar dan melestarikan budaya,” katanya.

Bupati juga menekankan pentingnya pelibatan generasi muda dalam pelestarian keris melalui pendidikan formal. Menurutnya, edukasi kebudayaan sejak usia dini dapat memperkuat jati diri generasi muda dan mencegah keterputusan nilai-nilai budaya.

Namun demikian, Bupati juga mencermati tantangan di era digital, khususnya dalam memasarkan keris pusaka secara daring. Menurutnya, nilai-nilai yang melekat pada keris pusaka sulit ditransmisikan secara utuh melalui media digital.

“Untuk keris souvenir mungkin bisa dijual online. Tapi keris pusaka, orang ingin melihat langsung – dari dapurnya, pakem, hingga pamor. Itu tak tergantikan,” ungkapnya.

Meski menghadapi tantangan, Bupati tetap optimis bahwa perpaduan antara pelestarian berbasis komunitas dan pemanfaatan teknologi akan menjadi kekuatan untuk membawa budaya keris ke pentas global.

“Yang terpenting adalah bagaimana budaya kita tetap hidup, terus diwariskan, dan dikenal luas oleh masyarakat dunia,” pungkasnya.

- Advertisement -
Share This Article