Kejahatan yang tak Kasat Mata

Deni Puja Pranata
2 Min Read
Kejahatan yang tak Kasat Mata (Ilustrasi)
Kejahatan yang tak Kasat Mata (Ilustrasi)
- Advertisement -

jfid – Berita televisi mengabarkan duka, ribuan mahasiswa turun jalan menyuarakan apa yang seharusnya Tuhan perintahkan. Saya sedih melihat tangis Goenawan Muhammad di usianya menginjak 83. Di Sarajevo ungkapnya, ia menahan agar tidak mengucapkan revolusi. 

Revolusi saat ini bagi Goenawan terlalu mahal dan butuh pengorbanan. Langit-langit murung, burung-burung gemetar dan kejahatan yang tak kasat mata. Sebagai penyair ia bicara tangis dengan air mata. Tetapi, negara ini tidak selesai dengan GM menangis. 

Mari bicara, mari bicara dengan kesadaran moral tanpa air mata. Semisal, revolusi terjadi, Jokowi sekeluarga dan Prabowo diseret ke sel bawah tanah. Apakah Negara ini akan baik-baik saja? 

Revolusi dengan biaya yang mahal menurut Goenawan Moehammad mungkin apa yang dimaksud Makar oleh Jokowi. Tidak, tidak. Saya sebagai manusia Indonesia ingin tentram tanpa revolusi jahat. 

Apa itu revolusi? Perubahan tatanan sosial, tatanan politik, tatanan negara, dengan habis habisan. Tentu, berkaitan dengan bertenggernya ekonomi Indonesia ke papan bawah. 

Jika revolusi sampai mati, berapa mayat yang akan di tanam di makam Pahlawan?. Apakah semua harus menitihkan air mata seperti Goenawan Moehammad? 

Berapa revolusi yang bisa menyelamatkan Negara? Coba anda hitung? Jika sepertiga manusia Indonesia mendengar apa yang dikatakan William Shakespeare “Jangan berbuat salah pada siapapun” maka Negara ini tanpa ada revolusi akan baik-baik saja. Atau ucapan Ainun Najib yang perlu kita ingat, “perbuatan baik adalah hal absolute”

Mari, mari dengar apa yang diucapkan Goege Orwel “di dalam dunia yang penuh dusta mendunia, berkata jujur adalah tindakan revolusioner”. Kepada seluruh mahasiswa di penjuru Nusantara, ingatlah Reformasi 98, berapa jumlah mahasiswa yang putus cinta dan patah hati.

- Advertisement -
Share This Article