jfid – Di tengah sibuknya rutinitas sehari-hari, saat sore menjelang, sering kali kita merindukan sesuatu yang hangat dan menggugah selera untuk menemani secangkir teh atau kopi.
Salah satu camilan yang paling menggoda selera di waktu seperti itu adalah goreng pisang. Bukan sekadar camilan, goreng pisang telah menjadi bagian dari warisan kuliner Indonesia yang kaya akan rasa dan tradisi.
Goreng pisang tidak hanya sekadar camilan; ia membawa cerita tentang kekayaan budaya Indonesia. Sejak zaman kolonial Belanda, goreng pisang telah menjadi favorit di pasar-pasar tradisional.
Pisang, dengan kelembutannya yang alami dan rasa manisnya yang khas, diolah menjadi camilan yang mengundang selera dengan cara yang sederhana namun memikat.
Asal mula goreng pisang dapat ditelusuri kembali ke zaman dahulu di Nusantara, ketika pisang adalah buah yang melimpah dan mudah diakses.
Proses menggoreng pisang tidak hanya mengubah teksturnya menjadi renyah di luar, tetapi juga meningkatkan cita rasa manis alami yang sudah dimilikinya.
Goreng pisang tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga tersebar luas di Asia Tenggara dan bahkan ke beberapa bagian lain dunia. Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam mempersiapkan camilan ini.
Misalnya, di Malaysia, mereka memiliki versi goreng pisang yang lebih tebal dengan lapisan tepung yang beragam, sementara di Indonesia, variasi goreng pisang dapat ditemukan dari Sabang hingga Merauke.
Di Indonesia sendiri, terdapat berbagai jenis pisang yang biasa digunakan untuk digoreng, seperti pisang kepok, pisang raja, atau pisang tanduk.
Setiap jenis pisang memberikan pengalaman rasa yang berbeda karena kadar manis, tekstur, dan kekenyalannya yang bervariasi.