jfid – Elon Musk, nama yang tidak asing lagi di dunia teknologi dan inovasi. Dari PayPal hingga SpaceX, Musk telah membuktikan dirinya sebagai seorang visioner yang berani mengambil risiko.
Namun, apakah dia benar-benar seorang pemikir ‘out of the box’? Mari kita telusuri lebih dalam.
Musk dikenal dengan pendekatannya yang disebut ‘pemikiran prinsip pertama’. Ini adalah strategi pengambilan keputusan di mana Anda “mendidihkan segala sesuatu hingga kebenaran fundamental mereka dan berpikir dari sana, bukan berpikir dengan analogi”.
Pendekatan ini telah digunakan oleh banyak pemikir hebat termasuk penemu Johannes Gutenberg, ahli strategi militer John Boyd, dan filsuf kuno Aristoteles.
Sebagai contoh, ketika Musk memutuskan untuk membangun roketnya sendiri melalui SpaceX, dia tidak hanya menerima harga pasar yang tinggi untuk roket.
Sebaliknya, dia memecah masalah menjadi bagian-bagian dasarnya: apa komposisi roket? Berapa harga bahan-bahan ini di pasar komoditas? Dengan pendekatan ini, Musk berhasil mengurangi biaya peluncuran roket hingga sepuluh kali lipat.
Namun, apakah ini cukup untuk menyebut Musk sebagai pemikir ‘out of the box’? Atau apakah ini hanya menunjukkan bahwa dia adalah seorang visioner yang mampu melihat potensi di mana orang lain melihat hambatan?
Mungkin jawabannya terletak di antara keduanya. Musk memang memiliki kemampuan untuk berpikir di luar kotak dalam arti dia tidak takut untuk merombak asumsi yang ada dan mencari solusi baru.
Namun, dia juga adalah seorang visioner dalam arti dia mampu melihat ke depan dan membayangkan apa yang mungkin terjadi jika ide-ide baru ini diimplementasikan.
Jadi, apakah Elon Musk seorang pemikir ‘out of the box’? Ya, dia adalah. Tapi dia juga lebih dari itu.
Dia adalah seorang visioner yang berani mengejar impian-impian besar, seorang inovator yang tidak takut untuk merombak status quo, dan seorang pemimpin yang mampu menginspirasi orang lain untuk mengikuti visinya. Dan mungkin itulah yang paling penting.