Milosevic adalah tokoh sentral dalam konflik Yugoslavia, yang dianggap sebagai dalang di balik kebijakan-kebijakan yang memicu perpecahan dan kekerasan di wilayah tersebut. Milosevic lahir pada tahun 1941 di Pozarevac, Serbia, dan bergabung dengan Partai Komunis pada usia 18 tahun.
Dia meniti karier politiknya dengan menjadi penasihat ekonomi, direktur bank, dan anggota komite pusat partai. Pada tahun 1986, dia terpilih sebagai ketua Partai Komunis Serbia, dan pada tahun 1989, dia menjadi Presiden Serbia.
Milosevic dikenal sebagai seorang nasionalis Serbia yang keras, yang berusaha memperkuat posisi Serbia di Yugoslavia dengan mengendalikan media, militer, dan politik.
Dia juga menghasut sentimen anti-Albania di Kosovo, dengan mencabut status otonomi provinsi tersebut pada tahun 1989, dan melakukan penindasan terhadap penduduk etnis Albania.
Milosevic juga mendukung gerakan Serbia di Kroasia dan Bosnia, dengan memberikan bantuan militer, finansial, dan politik kepada pemberontak Serbia yang ingin bergabung dengan Serbia.
Milosevic juga menolak untuk mengakui kemerdekaan republik-republik yang memisahkan diri dari Yugoslavia, dan bersikeras untuk mempertahankan kesatuan negara tersebut dengan segala cara.
Milosevic juga berperan dalam menghalangi upaya perdamaian internasional untuk mengakhiri konflik di Yugoslavia, dengan menolak untuk menandatangani perjanjian-perjanjian yang diajukan oleh PBB, Uni Eropa, atau Amerika Serikat.
Milosevic juga mengabaikan resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut penghentian kekerasan, penghormatan hak asasi manusia, dan kerjasama dengan ICTY.
Milosevic juga menantang ultimatum NATO untuk menghentikan operasi militer di Kosovo, yang memicu pengeboman NATO terhadap Yugoslavia pada tahun 1999.